TANGSELIFE.COM – Bagi umat Muslim, salah satu sholat sunah yang memiliki keistimewaan dan keutamaan luar biasa adalah sholat dhuha.
Lantas bagaimana niat sholat dhuha, tata cara, serta bacaan lengkapnya?
Sholat dhuha merupakan ibadah yang senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Rasulallah SAW menjadikan ibadah sholat dhuha sebagai wasiat untuk dikerjakan oleh para sahabatnya, sehingga hukumnya pun menjadi sunnah muakkad atau sangat dianjurkan bagi umat Muslim.
Rutin mengerjakan sholat dhuha menjadikan seseorang tercatat sebagai orang-orang awwabin, yakni orang-orang yang taat dan kembali kepada Allah.
أوصاني خليلي بثلاث لست بتاركهن أن لا أنام إلا على وتر وأن لا أدع ركعتي الضحى فإنها صلاة الأوابين وصيام ثلاثة أيام من كل شهر
Artinya: Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah melakukan shalat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat shalat Dhuha karena ia adalah shalat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih)
Niat Sholat Dhuha
Menurut madzhab Maliki, melafadzkan niat sholat dhuha tidak menjadi suatu syarat karena Rasulullah SAW pun tidak mencontohkan.
Meski begitu, bagi yang ingin melafadzkan niat, lafadz niatnya sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنَ لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatadh dhuhaa rok’ataini lillaahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat sholat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Cara Sholat Dhuha serta Bacaan Doanya
Sholat dhuha dikerjakan pagi hari, dimulai sejak matahari naik setinggi tombak (sekitar jam 7) sampai sebelum masuk waktu dzuhur ketika matahari belum naik pada posisi tengah-tengah.
Tidak ada batasan yang pasti mengenai jumlah rakaat sholat dhuha.
Rasulullah SAW diketahui mengerjakanya sebanyak dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat, bahkan lebih.
Setiap dua rakaat sholat ditutup dengan salam.
عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الْفَتْحِ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِىَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih)
Cara sholat dhuha tidak berbeda dengan tata cara sholat sunnah dua rakaat umumnya, antara lain:
– Niat
– Takbiratul ihram, lalu membaca doa iftitah
– Membaca surat Al Fatihah
– Membaca surat atau ayat Al Qur’an
– Rukuk dengan tuma’ninah
– I’tidal dengan tuma’ninah
– Sujud dengan tuma’ninah
– Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
– Sujud kedua dengan tuma’ninah
– Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
– Membaca surat Al Fatihah
– Membaca surat atau ayat Al Qur’an
– Rukuk dengan tuma’ninah
– I’tidal dengan tuma’ninah
– Sujud dengan tuma’ninah
– Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
– Sujud kedua dengan tuma’ninah
– Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
– Salam
Selama ini diketahui bahwa ada pendapat yang menganjurkan untuk membaca surat Asy Syams di rakaat pertama dan membaca surat Adh Dhuha di rakaat kedua.
Namun menurut para ulama, hadits yang berpendapat demikian derajatnya dhaif.
Bahkan Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Jami’us Shaghir menerangkan bahwasanya hadits tersebut maudhu’ (palsu).
Kesimpulannya, bacaan surat atau ayat manapun dari Al Qur’an boleh dibaca dalam sholat dhuha, baik pada rakaat pertama maupun rakaat kedua.
Tentu saja, jika ingin membaca surat Asy Syams pada rakaat pertama dan surat Adh Dhuha pada rakaat kedua pun sah-sah saja.
Dalam kitab-kitab fiqih populer, antara lain Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab maupun Fiqih Manhaji Mazhab Imam Syafi’i, para ulama juga tidak mencantumkan doa setelah sholat dhuha.
Sehingga, umat Muslim boleh berdoa secara umum dengan doa apapun yang baik.
Kendati demikian terdapat satu doa sholat dhuha yang populer:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
(Alloohumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Alloohumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiron fayassirhu, wa inkaana harooman fathohhirhu, wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudrotika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin)
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalih.”