Tangselife.com – Jumlah stok darah di PMI Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menipis. Ternyata ada sejumlah penyebab mengapa hal itu kerap terjadi.

Salah satunya yakni tingginya jumlah permintaanya tetapi tidak berbanding dengan jumlah pendonornya yang minim.

Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Tangsel Suhara Manullang memaparkan alasan mengapa stok darah menipis.

Menurutnya, ketersediaan stok darah di PMI Tangsel mulai menipis sejak adanya pandemi Covid-19 pada 2020. Aktivitas donor darah massal di komunitas atau lembaga pun terhambat.

Menipisnya stok darah itu, diklaim bukan hanya terjadi di Kota Tangerang Selatan tetapi juga terjadi di PMI di daerah lain.

Banyak warga yang enggan mendonor lantaran masih khawatir soal Covid-19. Sedangkan permintaan darah setiap harinya lebih dari target capaian pendonor itu sendiri.

Suhara menerangkan, saat ini pihaknya menargetkan 60-80 kantong darah perhari atau 2.500 dalam setiap bulan. Jumlah tersebut sesuai dengan ketentuan WHO yakni ketersediaan kantong darah ditarget 2 persen dari jumlah masyarakat yang ada.

“Untuk memenuhi target itu di PMI Tangsel ada dua kegiatan. Kegiatan di kantor dan kegiatan mobile atau jemput bola,” kata Suhara kepada Tangselife.com beberapa waktu lalu.

Kini di tengah aktivitas perkantoran yang sudah kembali normal, pihaknya melakukan kerjasama dengan perusahaan atau lembaga yang memiliki jumlah massa banyak. Sehingga target kantong darah harian bisa terpenuhi.

“Untuk mendapatkan ketersediaan darah ini pertama kalau urgent dari pihak keluarga yang mendonorkan. Kedua yakni kerjasama dengan lembaga yang jumlah massanya banyak seperti TNI, Polri dan lainnya,” papar Suhara.

Soal darah, kata Suhara, proses pemrosesan hingga darah siap digunakan untuk donor itu harus melewati sejumlah rangkaian.

Dimulai dari pengambilan darah, screaning lalu memisahkan kandungan dalam darah dan membaginya sesuai kebutuhan. Waktu yang dibutuhkan pun hingga berjam-jam sampai darah siap didonorkan.

“Donornya 15 menit. Lalu masuk screaning sekira 2 jam, untuk mengecek 4 penyakit mulai dari sipilis, hepatitis C, hepatitis B dan HIV. Proses Sceraning ada dua cara yakni melalui antibodi dan antigen,” ungkap Suhara.

Selesai screaning, darah dari pendonor itu kemudian akan dibagi menjadi empat komponen sesuai kebutuhan. Yakni menjadi plasma, darah merah, trombosit, dan Wholeblode.

“Untuk membagi komponen darah ini makan waktu hingga 3 jam menggunakan alat khusus Aperesis. Lalu kalau ada permintaan dari rumah sakit langsung kita perlu pencocokan darah pasien dan darah yang akan didonorkan, itu butuh waktu sekira 2 jam,” beber Suhara.

Tangselife.com
Stok plasma darah yang sudah siap digunakan di PMI Kota Tangerang Selatan

Soal massa kedaluwarsa darah itu, lanjut Suhara, ditentukan berdasarkan komponen dan tempat penyimpanannya. Darah merah dapat bertahan hingga 25-28 hari disimpan di suhu -2 sampai 8+ derajat celcius.

Kemudian untuk plasma, dapat bertahan sampai 3 tahun dengan cara dibekukan di bawah -30 derajat celcius. Sedangkan trombosit hanya bisa bertahan selama 5 hari dan harus disimpan di bloodbank yang bergoyang.

Lebih jauh, Suhara menyebut, jumlah golongan darah sebetulnya sangat banyak, bahkan jutaan. Tetapi, golongan darah yang sudah dikenal hanya sebagian sedikitnya. Yakni golongan darah A, B, AB dan O.

“Golongan darah itu banyak. Tapi yang dikenal dan familiar oleh kita itu golongan darah mayor seperti A O B AB. Jumlahnya ratusan karena darah itu unik,” ungkapnya.

Dari sekian banyak golongan dan jenis darah itu, Suhara menyebut ada jenis darah yang paling langka yakni Darah Emas atau Golden Blood.

Menurutnya, Darah Emas ini merupakan jenis darah yang tak memiliki Rh-null. Artinya darah emas tersebut tak memiliki antigen yang merupakan sistem golongan terbesar pada darah.

“Darah emas ini sangat langka. Di dunia bahkan hanya ada puluhan saja. Di Indonesia terutama di Tangsel belum pernah ditemukan darah emas,” paparnya.

Suhara meminta, pihaknya hanya melayani permintaan dari jika ada rujukan dari rumah sakit. Dengan stok yang terbatas itu, dia berharap kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darahnya meningkat.

“Donor itu sehat bagi pendonornya dan darah yang didonorkan pun dapat membantu keberlangsungan hidup seseorang,” pungkasnya. (vyh/dre)