Tangselife.com – Naiknya harga sejumlah komoditi pangan di pasaran membawa dampak buruk bagi pelaku usaha restoran di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Hal itu diungkapkan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tangsel Gusri Effendi.
Menurutnya, saat ini para pelaku usaha tak bisa lagi menjerit lantaran sudah kehabisan suara dan energi.
“Sekarang daya beli turun, cost produksi naik coba bisa bayangkan bagaimana. Pengusaha udah ga bisa menjerit karena jeritannya sudah habis,” kata Gusri saat dikonfirmasi, Kamis (14/7/2022).
Menurutnya, saat ini para pengusaha restoran di Tangsel tengah berusaha pulih usai babak belur dihantam pandemi Covid-19 dua tahun.
“Pelaku usaha baru pulih dari covid, ibaratnya abis menyelam, kita bisa menghirup oksigen sedikit kepala kita langsung diinjek lagi. Mungkin banyak juga pelaku usaha yang akan tewas-tewas nih dampak harga komoditi pangan di pasar naik,” papar Gusri.
Dia bahkan mendesak agar Menteri Pertanian diturunkan lantaran dianggap tidak mampu mengatasi kenaikan harga sejumlah komoditi pangan terutama cabai yang semakin hari harganya meroket.
“Pertanian negara subur tapi cabai bisa luar biasa naiknya, tapi harga-harga bukan lagi merangkak tapi melonjak naiknya. Saya pikir udah sangat riskan, yang konyolnya politisi kita diam saja, menurut saya menteri pertaniannya ganti lah,” keluhnya.
Terpisah, Kabid Stabilisasi Harga dan Pengawasan Disperindag Tangsel Gazali Ahmad menerangkan, naiknya harga cabai karena stok di agen menipis lantaran Idul Adha.
“Stoknya sedikit karena menjelang Idul Adha petani tidak panen, akibatnya harganya naik. Tapi per hari ini sudah turun lagi karena pedagang di Tangsel ambil stok dari Tanah Tinggi harganya lebih murah,” ungkapnya.
Sedangkan soal harga gas elpiji 12 kilogram yang naik, Gazali mengaku, pihaknya tak bisa berkutik untuk intervensi.
“Untuk harga gas elpiji 12 kilogram memang ada kenaikan dari pusat Pertamina mengacu pada harga minyak dan gas dunia, sehingga kami tidak bisa intervensi harga,” pungkasnya. (vyh/asn)