TANGSELIFE.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan puncak kekeringan akan terjadi sepanjang September sampai Oktober 2023.

Sebanyak 79% wilayah Indonesia diketahui sudah memasuki musim kemarau.

BMKG pun mengingatkan ada 9 wilayah di provinsi Indonesia yang mengalami kekeringan meteorologi kategori awas.

Seperti pada Analisis Dinamika Atmosfer Laut, Analisis & Prediksi Curah Hujan Update Dasarian III Agustus 2023, wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatra Barat, sebagian besar Bengkulu, sebagian besar Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Jawa hingga NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, sebagian besar Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara dan tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan Papua bagian selatan.

Oleh karena itu BMKG pun mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang terbagi dalam kategori waspada, siaga, dan awas, yang dimutakhirkan pada 31 Agustus 2023:

Wilayah kekeringan kategori waspada:

Beberapa kabupaten di Provinsi Bengkulu, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,Maluku Utara, Maluku.

Wilayah kekeringan kategori siaga:

Beberapa kabupaten di provinsi Lampung, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Selatan.

Wilayah kekeringan kategori awas:

Beberapa kabupaten di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan.

Di sisi lain disebutkan, BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia memprediksi El-Nino terus bertahan pada level moderat hingga Desember-Januari-Februari 2024.

Dan IOD Positif bertahan hingga akhir tahun 2023.

Berdasarkan kajian ilmiah, BMKG menjelaskan bahwa El Nino umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia.

Yang tergantung pada intensitas El Nino, durasi El Nino, dan musim yang sedang berlangsung.

“Dampak El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli-Agustus-Oktober,” tulis BMKG.

Dengan begitu, BMKG mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut.

Terlebih, ada banyak wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut.

“Berdasarkan prediksi curah hujan bulanan BMKG, beberapa wilayah akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah (0-100 mm/bulan), utamanya pada Agustus, September, Oktober,” ungkap BMKG.

Wilayah tersebut meliputi, Sumatra bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.

Ada tiga faktor yang menyebabkan musim kekeringan yang berlangsung ini, seperti El Nino, Kemarau, dan Ekuinoks.

Salah satu faktor kekeringan ini karena posisi matahari yang akan berada di sekitar ekuator atau khatulistiwa jelang akhir tahun dan puncaknya berupa fenomena ekuinoks.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife