TANGSELIFE.COM- Populasi komodo yang ada di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Mangarai Barat, NTT mengalami penurunan.

Berdasarkan catatan dari Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) pada tahun 2022 jumlah populasi komodo ada 3.156 ekor.

Diketahui populasi komodo tahun 2022 mengalami penurunan sekitar 147 ekor dari tahun 2021 yang berjumlah 3.303 ekor.

Penurunan jumlah populasi komodo ini terjadi setelah empat tahun terakhir dari 2018 selalu mengalami peningkatan.

Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga mengungkapkan, “Dalam empat tahun terakhir populasi komodo meningkat, tetapi pada tahun 2022 populasi menurun,” ungkapnya.

Berdasarkan informasi populasi komodo pada tahun 2019 tercatat sebanyak 3.022 ekor, lalu di tahun 2020 ada 3.163 ekor.

Kini kadal raksasa tersebut tersebar di lima pulau yang termasuk ke dalam Taman Nasional Komodo yaitu Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang, hingga Nusa Kode.

Naik dan turunnya populasi komodo bergantung sesuai dengan ketersediaan populasi hewan yang menjadi mangsanya.

Peningkatan jumlah populasi komodo selama empat tahun ini yang menyebabkan jumlah hewan mangsa menjadi berukurang.

Inilah yang menjadi latar belakang mengapa populasi komodo tahun 2022 menurun, tapi menurunnya jumlah hewan buas itu disyukuri oleh Kepala BTNK.

Lalu, apa alasan penurunan jumlah komodo ini justru di syukuri? berikut alasannya.

Mengapa Penurunan Populasi Komodo Tahun 2022 Menjadi Hal Positif?

Kepala BTNK mengaku bersyukur setelah jumlah komodo mengalami penurunan setelah terus meningkat sejak empat tahun sebelumnya.

Sejak tahun 2018 populasi hewan buat itu terus meningkat hingga 20 persen dalam lima tahun terakhir.

Jika kondisi peningkatan ini terus terjadi maka suatu saat populasi komodo bisa menurun sangat signifikan karena tidak tersedia mangsa untuk dimakan.

Kondisi ini juga disebut sebagai (population crash) atau penurunan populasi yang luar biasa.

“Penurunan jumlah komodo ini maka disyukuri karena kalu naik terus akan terjadi population crash atau akan terjadi persaingan antarkomodo, mereka bisa saling makan satu sama lain,” tutur Hendrikus.

” Jadi populasi meningkat justru akan berbahaya, jadi secara alami dia merespons terhadap daya dukung lingkungan sehingga mengalami penurunan,” tegasnya.

Penurunan populasi kada besar ini adalah hal yang alami dan pasti terjadi karena bagian dari seleksi alam.

Air Liur Komodo Berbahaya Menyebabkan Kematian.

Ketika komodo melihat manusia maka insting hewan buas tersebut sama seperti melihat mangsanya, maka kadal besar itu bisa langsung menyerang dan menggigit.

Pada saat komodo menggigit manusia bisa menyebabkan kematian jika terlamabat untuk mendapatkan pertolongan medis.

Gigitan komodo bisa menyebabkan manusia kehilangan banyak darah karena pendarahan dan infeksi bakteri.

Air liur komodo ini berbahaya, namun tidak seperti ular yang berbisa melainkan karena banyaknya bakteri yang ada dan bisa menginfeksi mahluk hidup yang digigit.

Selama tahun 1974 hingga 2023 sudah ada sebanyak 36 kasus penyerangan komodo terhadap manusia dan lima diantaranya meninggal dunia.

Korban terbanyak dari serangan komodo ini adalah warga yang tinggal di Taman Nasional Komodo dan sembilan petugas BTNK.

Sedangkan, korban wisatawan asing berjumlah dua orang yakni wisatawan asal Swiss dan Singapura.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife