TANGSELIFE.COM – Kota Tangerang Selatan, Banten jadi salah satu wilayah di Jabodetabek yang berpotensi mengalami dampak paling kuat dari gempa megathrust.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yakni Suwardi.

“Getaran paling kuat akan terasa di Tangerang Selatan yang getarannya itu sampai 6 MMI,” tuturnya.

Namun ia belum bisa memastikan sejauh mana dampak tsunami yang melanda Pulau Jawa, meskipun ketinggiannya disebut sampai 20 meter.

Ia menyebutkan bahwa dampak tsunami tergantung dari kondisi geografis wilayah masing-masing.

Apabila lokasinya curam, kemungkinan gelombangnya tidak akan jauh sampai ke darat. Apabila kontruksi pantainya landai, bisa berkilo-kilo meter sampai ke darat.

Sebagai upaya meminimalisir dampak dari bencana alam yang sangat besar itu, pihak BMKG telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah baik tingkat kota/kabupaten dan juga Pemerintah Provinsi Banten.

Koordinasi yang dilakukan antar lini tersebut dengan melakukan sosialisasi mitigasi dini bencana alam dari megathrust.

Perangkat daerah mulai dari kepala desa atau lurah camat, hingga personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah diedukasi tentang cara menghadapi bencana tersebut.

Hal itu diharapkan pemerintah setempat bisa meminimalisir dampak bagi masyarakat yang tinggal di pesisir.

Sebagai informasi, ancaman gempa megathrust menjadi isu yang terus diperbincangkan masyarakat.

Pasalnya, gempa bumi dengan skala yang besar itu mengancam sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Hal itu tak lepas dari posisi Indonesia yang masuk dalam kawasan Ring of Fire.

Dengan status tersebut, secara geografis Indonesia dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, meliputi lempeng eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng pasifik.

Gempa megathrust merupakan gempa bumi yang sangat besar yang terjadi di zona subduksi, wilayah tempat salah satu lempeng tektonik bumi terdorong di bawah lempeng lainnya.

Kedua lempeng terus bergerak mendekati satu sama lain, namun menjadi terjebak di tempat mereka bersentuhan yang akhirnya menjadi regangan melebihi gesekan antara kedua lempeng dan akhirnya gempa besar atau gempa megathrust itu pun terjadi.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Dwi Oktaviani
Editor
Dwi Oktaviani
Reporter