TANGSELIFE.COM – Taruna Taruna STIP Tewas diduga dianiaya oleh seniornya, yang paling miris aksi itu dilakukan saat jam belajar masih berlangsung.

Kekerasan yang dialami oleh taruna bernama Putu Satria itu dilakukan oleh seniornya, sehingga kasus kekerasan senior terhadap junior ini kembali terjadi dan menambah kasus baru.

Kasus Taruna STIP Tewas ini, ,kini tengah ditangani oleh Polres Jakarta Utara.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Saputra Siagian, dalam pengungkapan kasus tersebut, pihaknya telah memeriksa 36 saksi.

“Sampai hari ini kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap 36 orang. 36 orang ini ada taruna, ada pengasuh, ada dokter, dan ada ahli,” ungkapnya, Sabtu 5 Mei 2024.

Hady mengatakan, saat kejadian terdapat empat rekan korban yang hendak dihukum oleh empat orang senior.

Namun, saat itu, korban menjadi target pertama oleh tersangka TRS tersebut usai dipukul pada bagian ulu hati sebanyak lima kali.

“Ketika kejadian itu ada taruna lainnya, dan korban ini yang pertama diberi hukuman oleh seniornya itu, itu dilakukan oleh satu orang tersangka atas nama TRS. Di dalam toilet ada 4 senior,” ujarnya.

Kronologi Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Awalnya kejadian tersebut, ketika TRS (21) mengumpulkan lima juniornya termasuk Putu Satria di kamar mandi kampus untuk memberi hukuman.

Putu Satria dapat giliran pertama, ia dihajar oleh TRS di bagian ulu hati hingga tak sadarkan diri, dan saat itu masih dalam jam pelajaran.

Pada saat itu, korban bersama lima orang mahasiswa tingkat satu STIP Jakarta akan diberi sanksi oleh seniornya di tingkat dua karena dinilai melakukan kesalahan.

Namun hanya satu orang yang menerima pukulan hingga menyebabkan korban tidak sadarkan diri dan meninggal dunia

“Korban bersama teman-temannya itu ada lima orang, dipanggil ke kamar mandi, karena tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olah raga. Begitu turun, ketemu sama tingkat dua, mungkin ada yang salah, dilihatnya menggunakan pakaian olahraga, dipanggil oleh senior-senior nya itu,” ungkapnya.

Pukulan tersebut, pada pada bagian dada yang berdampak pada rusaknya jaringan paru-paru.

Setelah dianiaya dan pingsan tersangka panik dan mencoba menolong dengan menarik lidah korban.

“Karena panik lihat si korban tumbang, dia berusaha mencoba membantu, dia memerintahkan untuk (anak) tingkat satu yang ada di kamar mandi itu pergi, keluar dari kamar mandi,” ungkap Hady.

“Bantuan yang diberikannya, berusaha menarik lidahnya,” tambah Hady.

Namun, bantuan tersebut, justru membuat kondisi korban semakin memburuk.

Akibat lidah yang ditarik secara paksa membuat sisa makanan naik ke atas tertarik sehingga organ pernapasan tertutup.

“Karena penarikan pada lidah itu sehingga organ pernapasan atau oksigen tertutup, oksigen itu tidak masuk sesuai dengan biasa ya, jadi itu,” pungkasnya.

Sopiyan
Editor