TANGSELIFE.COM- Bencana banjir Sumatera yang melanda tiga provinsi sekaligus,Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, terus menunjukkan dampak yang semakin besar.
Berdasarkan laporan terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Minggu (7/12/2025) sore, jumlah korban meninggal mencapai 940 orang, sementara 265 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Tak hanya itu, banjir Sumatera juga mengakibatkan 5.000 warga mengalami luka-luka, dan lebih dari 147.300 unit rumah rusak akibat banjir besar dan longsor yang menyapu berbagai wilayah tersebut.
Daerah dengan korban jiwa terbanyak masih berpusat di provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Sementara itu, pada tingkat kabupaten/kota, tiga daerah dengan korban meninggal tertinggi adalah Agam, Aceh Tamiang, dan Bener Meriah.
Pasca Banjir Sumatera, 6 Kabupaten Masih Terisolir
Hingga saat ini, BNPB mencatat masih ada enam kabupaten di tiga provinsi yang terputus aksesnya akibat banjir bandang yang terjadi di Sumatera.
Ribuan desa dan nagari belum bisa dijangkau melalui jalur darat, sehingga penyaluran bantuan banyak dilakukan melalui udara.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, memaparkan kondisi ini dalam rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar.
Berikut daftar wilayah yang masih terisolir:
Provinsi Aceh
- Kabupaten Bener Meriah: 232 desa terdampak
- Kabupaten Aceh Tengah: 295 desa di 14 kecamatan
Aceh Tamiang sebelumnya terisolir parah, kini sudah dapat diakses jalur darat
Sumatera Utara
- Kabupaten Humbang Hasundutan: 1 kecamatan terisolir
- Kabupaten Tapanuli Utara: 7 kecamatan terisolir
Bantuan ke Tapanuli Utara masih banyak dikirim melalui jalur udara.
Akses ke Tapanuli Tengah melalui Sibolga juga masih terputus di Kecamatan Adian Koting.
Sumatera Barat
- Kabupaten Agam: beberapa kecamatan dan lima nagari
- Kabupaten Pesisir Selatan: satu kecamatan dan tiga nagari
Di Pesisir Selatan, bantuan logistik masih sepenuhnya didrop menggunakan helikopter.
BNPB menegaskan bahwa pembukaan akses darat terus dikejar agar distribusi bantuan bisa lebih cepat dan merata untuk seluruh wilayah.
Munculnya Masalah Kesehatan Setelah Banjir Sumatera Surut
Pasca banjir Sumatera, masalah baru juga mulai muncul.
Laporan dari TV Tempo pada Minggu (7/12/2025) menyebutkan bahwa banyak warga, terutama anak-anak, mulai mengeluhkan demam, batuk, hingga gatal-gatal.
Bayu Satria Wiratama, dosen Epidemiologi dan Biostatistik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), mengingatkan bahwa banjir selalu membawa risiko penyakit menular.
Salah satu ancaman terbesar adalah leptospirosis, penyakit yang ditularkan melalui air dan kotoran hewan pengerat.
“Dalam kondisi banjir seperti ini, leptospirosis adalah ancaman utama, bersama dengan berbagai penyakit lainnya,” ungkap Bayu dalam diskusi Forum Pojok Bulaksumur UGM.
Ia menambahkan bahwa ketersediaan air bersih harus segera dipastikan di semua lokasi pengungsian untuk mencegah penyakit berbasis sanitasi seperti diare.
Di satu sisi BNPB menegaskan bahwa suplai logistik terus dikirim setiap hari, baik melalui udara maupun rute darat yang sudah bisa dilalui.
Meski begitu, beberapa wilayah masih membutuhkan perhatian khusus karena kondisi geografis yang sulit dan kerusakan jalur utama.
Pemerintah juga mengerahkan alat berat di sejumlah titik untuk memperbaiki akses jalan yang terputus akibat banjir bandang dan longsor.


