TANGSELIFE.COM – Belakangan ini topik mengenai kualitas udara buruk paling jadi sorotan, bahkan beberapa penelitian mengungkap polusi udara picu kanker mulut. Benarkah demikian?
Terkena paparan polusi udara setiap hari menjadi risiko hidup di tengah kota besar, seperti DKI Jakarta dan Tangerang Selatan.
Kedua kota tersebut sedang berada di kondisi kualitas udara yang cukup memprihatinkan, bahkan konsentrasi PM 2.5 Jakarta dan Tangerang Selatan telah melampaui batas aman WHO.
Polusi atau pencemaran udara adalah masalah lingkungan yang bisa berdampak negatif bagi kesehatan manusia, salah satu dampak umumnya adalah permasalahan pernapasan.
Nyatanya tak hanya itu, beberapa peneliti dan dokter mengungkap kalau polusi udara picu kanker mulut.
The Guradian melaporkan riset dari Journal of Investigative Medicine yang dilakukan oleh tim peneliti dari Taiwan.
Dalam riset tersebut tim peneliti mempelajari risiko polutan seperti PM 2.5 atau Particulate Matter 2,5. Artinya, partikel berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil dari itu.
Partikular sendiri bentuknya sangat kecil dan halus yang sempat diduga kuat sebagai penyebab kanker paru-paru.
Dengan mempelajari kualitas udara dengan rentang tahun 1998 dan 2011 di stasiun kontrol kualitas udara di Taiwan, peneliti kemudian membandingkan data rekam media dari 482.659 laki-laki berusia di atas 40 tahun di Taiwan.
Para peneliti mengkalkulasikan tingkat eksposur ratusan ribu laki-laki tersebut terhadap polutan berbahaya.
Polutan tersebut ialah karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, ozon, dan berbagai materi partikulat (PM) dengan bentuk berbeda-beda.
Tim peneliti juga memperhitungkan peserta perokok dan pengguna tembakau.
Hasil riset tersebut, ditemukan ada 11.617 orang yang didiagnosis mengidap kanker mulut antara tahun 2012 dan 2013.
Ditemukan pula mereka yang hidup di area dengan tingkat PM 2,5 tinggi lebih memungkinkan terkena kanker mulut.
Dilaporkan juga kalau ozon diasosiasikan dengan peningkatan risiko kanker oral. Riset dengan jumlah peserta yang besar adalah yang pertama untuk mengasosiasikan kanker mulut dengan PM 2.5.
Temukan tersebut menambah bukti atas efek merugikan PM 2,5 pada kesehatan manusia. Namun, tim peneliti menegaskan kalau riset yang mereka lakukan masih memiliki batasan.
Tak diketahui secara pasti konsentrasi PM 2,5 yang masuk ke mulut mereka.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menegaskan kalau tingkat PM 2,5 tahunan tidak boleh melebihi 10 μg/m3. Namun, banyak tempat di dunia, termasuk Indonesia yang memiliki angka rata-rata tahunan PM 2,5 yang lebih tinggi.
Sebelum itu, sejumlah penelitian telah menemukan hubungan antara polusi udara dan peningkatan risiko sejumlah penyakit. Beberapa penyakit di antaranya, kanker payudara, kanker hati, kanker paru-paru, dan kanker pankreas.
Polusi Udara Bukan Satu-Satunya Penyebab Kanker Mulut
Meski sudah ada riset yang menerbitkan soal polusi udara picu kanker mulut, namun sejatinya polusi bukan satu-satunya penyebab kanker mulut.
Ada banyak faktor yang menjadi pemicu kanker tersebut.
Polusi udara dapat menyebabkan adanya peradangan baik lokal, maupun sistemik di tubuh, meningkatkan stres oksidatif, dan menyebabkan perubahan komposisi mikrobiome.
Hal itu menyebabkan adanya risiko peradangan gusi dan jaringan periodontal.
Penelitian di Korea Selatan melaporkan adanya hubungan polusi udara dengan peningkatan risiko penyakit periodontitis.
Polusi udara dapat masuk ke tubuh manusia melewati inhalasi atau digesti yang menyebabkan perubahan lokal maupun sistemik pada tubuh.
Polutan yang terdiri dari berbagai gas beracun tersebut membahayakan kesehatan karena dapat mengaktivasi proses peradangan dengan pelepasan sel radang dan produksi reactive oxidant species (ROS).