TANGSELIFE.COM – Rencana pengembangan MRT Jakarta Fase 3 Balaraja-Cikarang atau dikenal dengan MRT East-West Line makin mantap diwujudkan Pemerintah.
MRT East-West Line sepanjang 84 kilometer akan melewati tiga provinsi, dimulai dari Balaraja di Banten, masuk ke DKI Jakarta, dan berakhir di Cikarang, Jawa Barat.
Trase MRT East-West Line dibagi menjadi dua fase, yaitu fase 1 Kembangan—Medan Satria sepanjang 33,7 kilometer dan fase 2 Balaraja—Kembangan serta Medan Satria—Cikarang dengan total panjang sekitar 50 kilometer.
Pembangunan fase 1 dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 Tomang—Medang Satria sepanjang 24,5 kilometer dan tahap 2 Kembangan—Tomang sepanjang sekitar 9 kilometer.
Pembangunan MRT East-West Line Dimulai
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan pembangunan MRT East-West Line dimulai dengan seremoni penyerahan Dokumen Basic Engineering Design (BED).
BED MRT East-West Line Fase 1 Tahap 1 diserahkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Kantor Kementerian Perhubungan RI, Jakarta Pusat, Senin 7 Agustus 2023.
Penyerahan BED fase 1 tahap 1 merupakan milestone bagi perkembangan transportasi massal berbasis rel di Indonesia, khususnya di Provinsi DKI Jakarta.
Penyerahan dokumen BED turut dihadiri oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda), Tuhiyat, dan Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Weni Maulina.
Budi menyampaikan Kemenhub terus mendukung implementasi pengembangan transportasi massal berbasis rel bersama-sama dengan Pemprov DKI Jakarta
“Proyek MRT Jalur Timur-Barat merupakan Proyek Strategis Nasional yang harus dikawal bersama-sama.”
“Saya titipkan proyek ini kepada Direktorat Jenderal Perkeretaapian selaku pembina sektor perkeretaapian untuk mengoordinasikan dengan stakeholder terkait, termasuk pemprov DKI Jakarta,” ujar Budi.
Hambatan Proyek MRT East-West Line
Tuhiyat tak menampik adanya sejumlah hambatan dalam pelaksanaan proyek sepanjang 84,102 kilometer yang melewati tiga provinsi itu.
“Ini kan mix, ada yang underground, at grade dan elevated, utilitas sudah pasti (jadi hambatan), lahan sudah pasti,” ujat Tuhiyat.
Sebagai contoh, hambatan utilitas yang dihadapi seperti kabel fiber optic, kabel listrik, hingga pipa gas, yang berada sepanjang MRT East West Line harus dipindahkan sebelum proyek dimulai.
“Kita kan masih berlaku Peraturan Daerah (Perda), jadi pemilik utilitas harus memindahkan pada saat lahan ini dibutuhkan untuk kepentingan publik,” jelas Tuhiyat.
Kendati begitu, Tuhiyat meyakini bahwa hambatan-hambatan selama proyek berlangsung dapat diatasi selama komunikasi dan koordinasi berjalan lancar.
Tuhiyat juga memberikan bocoran terkait rencana pembangunan MRT East-West Line.
Proyek MRT East-West Line yang akan mulai dibangun tahun 2024 itu akan diutamakan pembangunan di area Jakarta terlebih dahulu.
Adapun perkiraan dana yang dibutuhkan sekitar Rp160 triliun dengan model pembiayaan direncanakan melalui loan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
Rencananya akan ada 48 stasiun di MRT East-West Line dengan 48 kawasan transit oriented development (TOD).