TANGSELIFE.COM – Pejabat sementar (Plt.) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa dalam sepekan terakhir, curah hujan dengan intensitas sangat tinggi dan ekstrem terjadi di sebagian wilayah Indonesia.
Beberapa daerah yang mengalami curah hujan signifikan antara lain, Kalimantan Timur (229 mm/hari), Sulawesi Tengah (192 mm/hari pada 26 Januari 2025), Kepulauan Riau (154 mm/hari pada 27 Januari 2025), serta Jabodetabek yang mencapai 264 mm/hari pada 28 Januari 2025.
Mengutip dari situs resmi BMKG, Dwikorta mengimbau pada masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana untuk tetap waspada kemungkinan cuaca ekstrem.
Selalu pantau informasi terbaru dari BMKG agar bisa mengambil langkah antisipasi yang tepat dan mengurangi risiko bencana hidrometeorologi.
Berdasarkan analisis BMKG terkini pada 1 Februari 2025, terdeteksi adanya gangguan atmosfer di selatan Indonesia, khususnya di Samudra Hindia Selatan Banten dan selatan Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam bentuk Bibit Siklon Tropis 90S dan 99S.
Kedua bibit siklon ini mempengaruhi kondisi cuaca di pesisir selatan Jawa, Bali, NTB, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Walaupun pergerakannya menjauhi Indonesia, kedua sistem ini berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dalam dua sampai tiga hari ke depan.
Selain itu BMKG juga mengidentifikasi keberadaan Bibit Siklon Tropis 96P di Teluk Carpentaria, Australia, yang berkontribusi terhadap peningkatan potensi cuaca ekstrem di Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Di samping itu, sejumlah fenomena atmosfer lainnya diprediksi tetap berperan penting dalam dinamika cuaca selama sepekan mendatang.
Fenomena tersebut meliputi La Niña Lemah, Monsun Asia, Seruakan Dingin (Cold Surge), aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Atmosfer Kelvin dan Rossby, Labilitas Atmosfer, serta Zona Konvergensi.
Dwikorita menuturkan bahwa kombinasi dari berbagai fenomena tersebut berpotensi memicu cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai angin kencang, pada periode-2, 7 Februari 2025.
Beberapa wilayah yang diperkirakan terdampak antara lain Papua, Papua Pegunungan, Papua Selatan, NTB, NTT, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Jawa Barat, dan Jambi.
BMKG juga menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap kondisi cuaca ekstrem di Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan akibat dampak dari siklon tropis 96P di Teluk Carpentaria serta adanya belokan angin di wilayah utara dan selatan Papua.
Hal ini diprediksi akan meningkatkan curah hujan lebat sampai ekstrem di beberapa wilayah Papua.
Di samping itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, memperingatkan adanya potensi gelombang tinggi sebagai dampak dari bibit siklon tropis.
Gelombang dengan ketinggian antara 2,5 sampai 4 meter diperkirakan terjadi di Samudera Hindia barat Bengkulu sampai Lampung, Samudera Hindia selatan Banten hingga NTT, Laut Sawu, Perairan Kupang – Pulau Rote, Laut Maluku, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat Daya hingga Papua, serta Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
BMKG mengimbau pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat untuk bersiap menghadapi potensi cuaca ekstrem bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dari tanah longsor.
Beberapa langkah antisipasi yang disarankan mencakup menghindari area rawan longsor saat hujan deras, tak melakukan penggalian di lereng-lereng berisiko, serta mewaspadai tanda pergerakan tanah yang bisa memicu longsor.
Apabila tanda-tanda longsor muncul, masyarakat diharapkan untuk segera menjauh dari area tersebut dan lapor kepada pihak berwenang untuk tindakan lebih lanjut.
“Kami mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap waspada dan terus mengikuti informasi terbaru guna mengantisipasi dampak cuaca ekstrem yang mungkin terjadi,” pungkas Dwikorita.