Tangselife.com – Tiga mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI) di Kota Tangerang Selatan yaitu Haqi, Ramzy, dan Francois patut diapresiasi.

Mereka berhasil membuat alat yang dapat digunakan masyarakat. Alat itu dinamai Pirolisis. Fungsinya, dapat menyulap sampah plastik jadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif, kok bisa?

Tampilannya sederhana, yakni dua drigen sedang yang dipasangi pipa-pia penyalur uap hasil pembakaran sampah. Tetapi, hasilnya istimewa karena dapat menghasilkan bahan bakar minyak alternatif hanya dari sampah.

Ramzy salah satu pembuat mesin Pirolisis itu bilang, mesin yang mereka buat dapat menghasilkan 0,5 liter dari 1 kilogram limbah plastik yang sudah dicacah.

Cara kerja mesin tersebut, kata Ramzy, limbah plastik dimasukkan ke dalam tabung reaktor untuk proses kondensasi atau mengubah fasa uap menjadi cair.

Dari proses itu dapat menghasilkan uap panas yang memisahkan antara zat yang sudah ada menjadi zat awal berupa minyak.

Menurutnya, jenis limbah plastik yang digunakan mempengaruhi hasil keluaran dari proses penyulingan zat kimia pada plastik tersebut.

“Misalkan kita mengolah sampah jenis plastik HDPE yaitu semacam ember itu nanti keluarannya bakal lebih dominan ke premium/pertalite lebih bagus,” ungkapnya.

Sedangkan jika limbah yang digunakan seperti plastik kantong kresek bahan bakar yang dihasilkan akan dominan menjadi solar atau minyak tanah.

Menurutnya, untuk menjaga kualitas bahan bakar minyak yang dihasilkan limbah plastik yang digunakan harus dipisah alias tidak boleh dicampur.

“Kalau sampah plastik dinilai kurang efektif karena akan merusak output yang keluar. Karena dalam mesin ini akan tersuling ulang di reactor kedua nanti dipisahkan antara mana itu premium, solar, dan minyak tanah tersebut,” beber Ramzy.

Meski berasal dari limbah plastik, BBM yang dihasilkan bisa dipakai untuk kendaraan bermotor, diesel dan juga bisa digunakan jadi pembangkit reactor Pembangkit Listrik Tenaga Sampah / PLTSH.

Sementara itu, Francois bilang, proses penyulingan dari limbah sampah menjadi BBM itu memakan waktu 3-4 jam karena masih menggunakan pembakaran gas.

“Nanti kedepannya akan dicoba lagi menggunakan heater atau pemanas listrik, jika menggunakan pemanas listrik bisa memakan waktu hanya 2 jam untuk mencapai suhu yang diinginkan,” katanya.

Untuk membuat mesin pengolah limbah plastik jadi BBM itu cukup terjangkau hanya Rp 800.000 dan dapat dimanfaatkan hingga 5 tahun lamanya dalam pemakaian normal.

“Cuma Rp 800.000 udah bisa bikin alat ini, jangka waktunya itu tergantung perawatan mesinnya itu sendiri. Kalau seandainya pemakaian dilakukan secara normal mesin ini bisa bertahan sampai 5 tahun kedepan,” paparnya.

Mesin tersebut dipamerkan dalam Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna Kota Tangerang Selatan ke-10 pada Selasa, (24/5/2022).

Para mahasiswa ITI itu berkomitmen akan mengembangkan alat pengubah limbah jadi BBM itu. Selain dapat mengurangi limbah plastik di lingkungan, juga dapat membantu masyarakat agar dapat mengolah BBM untuk kendaraannya sendiri.

“Harapan kedepannya mesin ini bisa membantu mengurangi bahaya sampah terhadap lingkungan. Kami juga berharap alat ini membantu pemerintah untuk menemukan solusi energi alterative pengganti BBM,” tutup ketiganya, kompak. (Mitha/vyh/dre)