TANGSELIFE.COM – Perusahaan AstraZeneca mengakui adanya efek samping langka dari vaksin Covid-19 yang diproduksinya.

Pengakuan AstraZeneca tertuang dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris pada Februari 2024.

Vaksin yang dikembangkan AstraZeneca bersama Universitas Oxford tersebut dikabarkan menyebabkan cedera serius dalam puluhan kasus hingga kematian.

Kasus pertama pada tahun 2023 diajukan oleh Jamie Scott, yang menderita cedera otak permanen pasca mengalami pembekuan darah dan pendarahan di bagian otak usai divaksin April 2021 lalu.

Dalam surat tanggapan yang dikirimkan Mei 2023, AstraZeneca sempat membantah sindrom Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome (TTS) disebut disebabkan oleh vaksin pada tingkat generik.

Diberitakan The Telegraph, para korban dan keluarga yang berduka dari 51 kasus yang diajukan menuntut ganti rugi hingga 100 juta Pound sterling atau setara Rp2 Miliar.

AstraZeneca Akui Vaksin Covid-19 Buatannya Beri Efek Samping Langka

Meski sempat menentang, AstraZeneca akhirnya mengakui bahwa ada efek samping langka akibat penggunaan vaksin Covid-19 miliknya.

AstraZeneca mengakui fakta itu melalui dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi Inggris, bulan Februari lalu.

Dalam dokumen tersebut, AstraZeneca (AZ) membenarkan bahwa vaksin Covid-19 mereka dapat menyebabkan Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome (TTS) dalam jumlah kasus yang sangat jarang.

“Diakui bahwa vaksin AZ, dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS. Mekanisme penyebabnya tidak diketahui,” keterangan laporan tersebut.

Lebih lanjut, TTS bisa menyebabkan pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah.

“Lebih jauh lagi, TTS juga bisa terjadi tanpa adanya vaksin AZ (atau vaksin apa pun). Penyebab dalam setiap kasus individu akan bergantung pada bukti ahli,” lanjutnya.

Respons Kemenkes dan Para Ahli

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan respons terkait efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Menurut Budi, potensi efek samping tersebut sudah teridentifikasi dan sudah melalui riset oleh pihak AstraZeneca sejak dulu.

“Ada memang dampak-dampak soal vaksin itu tapi dampaknya itu minimal sekali. Itu sebenarnya yang harus berimbang juga beritanya untuk dilihat nanti,” kata Budi, Kamis 3 April 2024 lalu.

Menurut Budi, bukan hal asing bahwa setiap vaksin memiliki efek samping, yang terpenting adalah bagaimana mengatasinya.

“Itu sudah lama risetnya. Itu ada dampaknya. Sekarang tinggal kita lihat apa bila dampaknya terjadi, itu harus ditangani,” ujarnya.

Adapun saat ini, lanjut Budi, Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) belum melaporkan adanya temuan terkait efek samping langka ini di Indonesia.

“Sampai sekarang sih laporan ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group of Immunization) belum ada dampak tersebut,” tutup Budi.

Sementara itu, Dicky Budiman, ahli Epidemiologi Griffith University Australia menerangkan bahwa thrombosis with thrombocytopenia syndrome atau TTS sangat jarang terjadi

“TTS ini terjadi ketika ada pembekuan darah yang tidak biasa, (disebut) trombosis, disertai dengan penurunan jumlah trombosit atau disebut dengan thrombocytopenia,” jelas Dicky.

Pada kasus-kasus tertentu, TTS dapat menyebabkan terjadinya pembekuan darah yang serius hingga kematian.

Pasca vaksinasi, TTS melibatkan reaksi kekebalan tubuh terhadap vaksin atau yang disebut sindrom vaccine-induced immune thrombotic thrombocytopenia (VITT).

VITT terjadi ketika tubuh penerima vaksin menghasilkan antibodi yang menyerang trombosit, sehingga memicu pembekuan darah tidak biasa yang membahayakan penderita.

“Tentunya dampak risiko TTS pada penerima vaksin AstraZeneca ini bisa serius, meskipun kasusnya langka,” jelas Dicky.