TANGSELIFE.COM – Pemerintah telah mencabut status pandemi di Indonesia, tapi banyak eks penderita Covid-19 yang belum terbebas dari rasa cemas.

Pasalnya tak sedikit eks penderita Covid-19 yang masih merasakan gejala sakit berkepanjangan meski sudah dinyatakan sembuh.

Gejala sakit berkepanjangan yang masih diderita eks penderita Covid-19 atau penyintas dikenal dengan istilah long Covid-19.

Data yang tercatat di Satgas Covid-19, setidaknya 5 sampai 20% pasien Covid-19 mengalami long Covid-19 lebih dari 4 minggu.

Dari angka tersebut juga diperkirakan 1 dari 10 pasien dapat mengalami long Covid-19 hingga lebih dari 12 minggu.

Eks Penderita Covid-19 di Amerika Serikat dan Inggris

Sementara dalam kurun 2,5 tahun terakhir di Amerika Serikat dilaporkan ribuan penyitas mengalami berbagai keluhan meski dinyatakan sembuh selama 3 bulan, 6 bulan, sampai satu tahun.

Direktur Pusat Kedokteran Integratif Universitas George Washington, Mikhail Kogan, bahkan menyebut statistik kemungkinan penderita long Covid-19 cukup mengerikan.

Pada bulan Mei, Pemerintah Amerika Serikat merilis 1 dari 5 eks penderita Covid-19 masih mengalami setidaknya satu gejala long Covid-19.

Gejala yang dirasakan eks penderita Covid-19 itu diantaranya sakit kepala, nyeri dada, kelelahan, sesak napas, dan kabut otak.

Di Inggris, gejala Covid-19 berkepanjangan dialami oleh lebih dari 700 ribu eks penderita Covid-19.

Angka tersebut meningkat 53 persen dari laporan terakhir di bulan Januari 2020 sebanyak 260 ribu kasus.

Mayoritas eks penderita Covid-19 di Inggris mengeluhkan gangguan kecemasan dan depresi usai dinyatakan sembuh.

Gejala Long Covid-19 yang Diderita Eks Penderita Covid-19

Gejala long Covid-19 disebutkan umumnya dialami eks penderita Covid-19 dengan gejala berat di masa lalu.

Kendati begitu, kondisi tersebut kemungkinan juga terjadi pada eks penderita Covid-19 yang hanya mengalami gejala ringan.

Beberapa gejala long Covid-19 berdasarkan pengamatan Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, antara lain:
– Kelelahan/ fatigue
– Mudah lupa
– Depresi
– Sakit kepala
– Telinga berdenging (tinnitus)
– Kehilangan penciuman
– Batuk secara terus menerus
– Sesak napas
– Nyeri dada
– Nyeri otot
– Peradangan jantung
– Jantung berdebar cepat/ kencang (palpitasi)
– Demam berulang
– Diare
– Sakit perut
– Kesemutan
– Ruam

Menurut studi Carvalho-Schneider et al, efek long Covid-19 tak lepas kaitannya dengan usia yang lebih tua, riwayat kebutuhan perawatan di rumah sakit saat infeksi akut, gejala berat Covid-19, dispnea, dan auskultasi abnormal.

Namun secara lebih jelasnya, faktor risiko terjadinya efek jangka panjang Covid-19 belum diketahui.

Efek Jangka Panjang pada Eks Penderita Covid-19

1. Efek Umum

Umumnya gejala yang paling banyak dikeluhkan penyintas usai terinfeksi akut virus SARS-CoV-2 adalah kelelahan.

Studi Carfi et al terhadap 143 penyintas setelah menjalani rawat inap menunjukkan bahwa 53,1% pasien mengeluhkan kelelahan.

Studi Garrigues et al di Perancis juga memberi hasil yang mirip, yakni 120 pasien atau 55% pasien pasca rawat inap mengeluhkan kelelahan.

2. Efek pada Sistem Kardiovaskular
Pasca Covid-19, dilaporkan terjadi miokarditis dan aritmia.

Studi kohort observasional di Jerman menunjukkan dari 100 pasien yang pulih Covid-19, 78% hasil pemeriksaan cardiac magnetic resonance (CMR)-nya abnormal, di mana 60%-nya merupakan inflamasi miokardium.

Studi oleh Huang et al, 15 dari 26 pasien yang telah pulih dari Covid-19 dan mengalami gejala kardiovaskular juga menunjukkan abnormalitas pada pemeriksaan CMR.

3. Efek pada Sistem Respirasi
Pasien dengan riwayat rawat inap di ICU, riwayat penggunaan ventilator, penyakit premorbid paru, usia tua, dan body mass index (BMI) tinggi dikatakan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gejala sesak napas yang menetap.

Karena itu, British Thoracic Society merekomendasikan radiografi dada untuk tiga bulan setelah pasien keluar dari rumah sakit karena Covid-19.

4. Efek pada Sistem Saraf

Pada fase akut Covid-19, sekitar 36% pasien mengalami gejala neurologis seperti pusing, sakit kepala, gangguan kesadaran, dan kejang.

Sementara pada kasus ringan-sedang, pasien mengeluhkan gangguan penciuman dan pengecapan.

Efek jangka panjang Covid-19 pada sistem saraf dapat disebabkan oleh empat mekanisme patogenik, yaitu ensefalitis viral secara langsung, inflamasi sistemik, disfungsi organ perifer (hati, ginjal, paru), dan perubahan serebrovaskular.

5. Efek pada Status Metabolik
Infeksi Covid-19 diperkirakan bisa meningkatkan laju pemecahan lemak dan menginduksi ketosis yang akhirnya dapat menyebabkan ketoasidosis.

Terdapat hipotesis tentang efek diabetogenik dari Covid-19, tapi perubahan metabolisme glukosa ini belum diketahui sifatnya permanen atau sementara.