TANGSELIFE.COM – Post-breakup insomnia tak jarang dialami oleh seseorang yang tengah patah hati, misalnya pasca putus cinta.
Kesedihan yang timbul akibat merasa kehilangan atau kisah asmara yang gagal membuat seseorang kerap terjaga dari tidur di malam hari.
Gejala post-breakup insomnia telah diuji dan terbukti secara ilmiah berdasarkan hasil peneliti Wendy Troxel.
Peneliti sekaligus pakar perilaku tidur dari University of Pittsburgh tersebut membenarkan gejala post-breakup insomnia.
“Ada data yang menunjukkan bahwa putusnya hubungan atau kehilangan pasangan karena kematian atau perpisahan diketahui merupakan pemicu gangguan tidur,” terang Troxel.
Mengatasi Post-Breakup Insomnia
Pada dasarnya, permasalahan post-breakup insomnia masih bisa ditangani.
Tony Cunningham, Direktur Center for Sleeping Cognition di Harvard Medical School, menyarankan mulai menerima perpisahan agar bisa segera beradaptasi.
Langkah selanjutnya, perbanyak eksplorasi diri dan mencoba berbagai hal baru seperti berolah raga, sehingga tubuh akan lebih mudah tidur.
Praktik meditasi juga disarankan untuk mengurangi penggunaan ponsel sebelum tidur, mandi, kemudian melakukan hal yang menyenangkan.
Jadikan momen patah hati sebagai momentum untuk menciptakan rutinitas pribadi baru.
Jangan lupa untuk membangun hubungan sosial bersama teman dekat atau kegiatan lainnya.
“Memenuhi kebutuhan akan koneksi sosial juga sangat penting karena suasana hati kita juga sangat terkait dengan tidur kita,” kata Troxel.
Tidur Merupakan Kondisi Rentan
Menurut sudut pandang evolusi, tidur adalah kondisi yang rentan sehingga mudah dikaitkan dengan patah hati.
Sebagai makhluk sosial, manusia juga punya kecenderungan merasa lebih aman ketika memiliki hubungan dengan orang lain.
“Kita mendapatkan rasa aman secara psikologis dari hubungan sosial kita, dan hal ini terutama berlaku pada pasangan tidur,” jelas Troxel.
Adapun jika dilihat dari segi biologis, oksitosin yang didapatkan dari perasaan terhubung dengan pasangan turut berdampak.
“Oksitosin adalah hormon cinta, dan jika merasa dekat dan terhubung dengan pasangan dapat membantu mengurangi kecemasan, dapat menghilangkan stres dan menenangkan,” terangnya.
Meski demikian, bukan berarti tidur akan lebih nyenyak apabila kita berpasangan.
Dalam beberapa kasus, yang terjadi justru sebaliknya karena perilaku tidur pasangan yang membuat situasi tidak nyaman.
“Beberapa orang tidur lebih buruk ketika berbagi tempat tidur dengan pasangannya; ada lebih banyak gerakan, dan mereka lebih mungkin terganggu,” kata Troxel lagi.