TANGSELIFE.COM – Seiring maraknya olahraga lari belakangan ini, istilah jasa joki Strava mendadak muncul dan menjadi topik viral di media sosial.

Saking viralnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, ikut-ikutan tren tersebut.

Sandiaga Uno yang punya kegemaran berolahraga, salah satunya lari, menawarkan dirinya untuk jadi joki Strava.

Tak tanggung-tanggung, Sandiaga Uno menawarkan jasanya untuk berlari di destinasi super prioritas melingkupi Danau Toba di Sumatera Utara, Borobudur di Jawa Tengah, Likupang di Sulawesi Utara, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Mandalika di Lombok.

“Males lari tapi butuh validasi? Gimana kalau saya buka joki Strava di destinasi super prioritas,” tulis Sandi di Instagram, dikutip Selasa 9 Juli 2024.

Lantas, apa sih sebenarnya joki Strava yang membuat mas Mentri Sandiaga Uno sampai ikut-ikutan tren?

Simak ulasannya di artikel ini.

Jasa Joki Strava, Apa Sih?

Perlu diketahui, Strava merupakan sebuah aplikasi berbasis GPS (global positioning system) yang banyak digunakan oleh kalangan pelari.

Dengan menggunakan Strava, pelari dapat melacak kecepatan berlari, rute, pace, jarak tempuh, durasi, elevation gain, denyut jantung, hingga jumlah kalori yang terbakar.

Adapun menurut KBBI, joki dapat diartikan sebagai penunggang kuda pacuan, atau pengatur lagu yang menangani mesin perekam lagu atau piringan hitam (di studio radio atau diskotik).

Dalam konteks joki Strava, arti joki digambarkan sebagai ‘penunggang’ atau orang yang mengerjakan sesuatu untuk orang lain dengan menyamar sebagai orang tersebut, tentunya dengan menerima imbalan uang.

Dengan demikian, joki merujuk pada pemberi layanan untuk menjalankan tugas atau aktivitas tertentu atas nama orang lain.

Seiring dengan maraknya olahraga lari, masyarakat pun ramai-ramai flexing alias memamerkan performa lari mereka lewat media sosial.

Alhasil, fenomena flexing performa lari ini justru malah membuka peluang bagi pelari untuk membuka jasa joki Strava di media sosial.

Jasa joki Strava pun mendadak viral dan menjadi perbincangan di media sosial, terutama di platform X (dulu Twitter).

Fenomena joki Strava pun diperbincangkan karena dianggap melanggengkan kebutuhan berlebihan seseorang untuk mendapatkan validasi dan pujian dari orang lain.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Dien
Reporter