TANGSELIFE.COM – National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memprediksi fenomena La Nina segera datang.
Memasuki fase dingin yang diperkirakan berlangsung sepanjang Juni hingga November ini, aktivitas badai pun terpantau di atas rata-rata.
Mengutip laman resmi NOAA, Wakil Administrator FEMA Erik A. Hooks menerangkan bahwa fenomena La Nina dapat menimbulkan sejumlah bencana alam.
“Kita sudah melihat badai bergerak di seluruh negeri dan dapat membawa bahaya tambahan seperti tornado, banjir, dan hujan es,” kata Hooks.
“Mengambil pendekatan proaktif terhadap lanskap iklim yang semakin menantang saat ini dapat membuat perbedaan dalam cara masyarakat dapat pulih di masa depan,” lanjutnya.
Fenomena La Nina Diprediksi Sebabkan Puluhan Badai
Para peneliti NOAA memperkirakan pembagian musim selama fenomena La Nina berlangsung, yakni 85% musim di atas normal, 10% mendekati normal, dan 5% di bawah normal.
Akibat fase tersebut, prakiraannya akan ada 17 hingga 25 badai dengan kecepatan angin 39 mph atau lebih tinggi.
Dari keseluruhan jumlahnya, 8 sampai 13 badai disinyalir memiliki kecepatan 27 mph, sedangkan 4 sampai 7 badai akan memiliki kecepatan angin hingga 111 mph.
Kondisi tersebut disebabkan La Nina cenderung mengurangi pergeseran angin di daerah tropis, serta didukung suhu hangat di laut Samudera Atlantik yang mengakibatkan penguapan besar-besaran.
Lebih lanjut, juru bicara Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Clare Nullis, turut memperingatkan akan adanya badai yang dahsyat.
Bahkan secara gamblang, Nullis mengatakan bahwa badai tersebut akan memengaruhi berbagai sektor mulai pangan sampai ekonomi.
“Kandungan panas laut yang tinggi dan antisipasi perkembangan La Nina diperkirakan akan memicu musim badai yang sangat, sangat, sangat aktif tahun ini,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Jumat 31 Mei 2024.
“Hanya diperlukan satu kali badai untuk menghambat pembangunan sosio-ekonomi selama bertahun-tahun,” tandas Nullis.
Dampak Fenomena La Nina di Indonesia
Menurut catatan WMO, Asia merupakan kawasan yang akan terdampak cukup parah akibat badai yang dipengaruhi La Nina.
WMO mencatat sedikitnya ada 79 bencana pada tahun 2024 terkait hidrometeorologi, 80% di antaranya terkait banjir serta badai yang menyebabkan lebih dari 2.000 kematian.
“Banyak negara di kawasan ini mengalami rekor tahun terpanas pada tahun 2023, bersamaan dengan serangkaian kondisi ekstrem, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai,” ujar Caleste Saulo, Sekretaris Jenderal WMO.
WMO turut menyoroti gletser yang mencair akibat pemanasan global.
Mencairnya gletser meningkatkan tinggi air laut yang menjadi ancaman bagi keselamatan para penduduk di daerah pesisir.
Di samping itu, permukaan air laut yang tinggi dan badai yang akan datang diprediksi akan berdampak buruk bagi sektor pertanian.
Sebelum diterjang fenomena La Nina, Indonesia sudah sempat dilanda fenomena El Nino yang menimbulkan berbagai persoalan ketahanan pangan dan masalah kesehatan.
Saat ini, fenomena El Nino pun telah memasuki kondisi netral.
Dengan berakhirnya El Nino di Indonesia, transisi pergeseran ke La Nina pun akan dimulai.