TANGSELIFE.COMOrmas Manguni ramai dibicarakan imbas kerusuhan di Kota Bitung, Sulawesi Utara, pada Sabtu, 25 Oktober 2023 kemarin.

Sejak ramai diperbincangkan, banyak orang yang mencari tahu profil ormas Manguni, termasuk asal-usul nama Manguni yang dijadikan nama organisasi tersebut.

Usut punya usut, istilah ‘Manguni’ yang dijadikan nama ormas Manguni berasal dari nama burung, yakni burung Manguni yang telah menjadi bagian sejarah kehidupan masyarakat Minahasa.

Burung Manguni atau Celepuk Sulawesi dengan nama latin Otus Manadensis ini terdapat pada logo dari sejumlah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

Mengenal Burung yang Dijadikan Nama Ormas Manguni di Minahasa

Burung Manguni merupakan sejenis burung hantu dari famili Strigidae (berwajah bulat) yang memiliki ciri berwarna kecokelatan dengan mata kuning dan rumbai telinga berbulu.

Biasanya, burung ini menghuni tajuk bawah dan tepi hutan dari dataran rendah hingga pegunungan bawah.

Persebaran burung Manguni terlihat di Cagar Alam Tangkoko di Bitung, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di Gorontalo dan Bolaang Mongondow, serta Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah.

Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) LHK Nomor 92 Tahun 2018, burung Manguni adalah salah satu dari 16 spesies burung hantu yang dilindungi di Indonesia.

celepuk sulawesi
foto burung Manguni atau celepuk Sulawesi

Dilansir dari garuda.kemdikbud.go.id, Orang Minahasa mengenal Manguni dengan sebutan burung ot atau burung totosik.

Burung Manguni memiliki simbol sakral dan dipercaya sebagai burung suci yang berasal dari Minahasa.

Masyarakat Minahasa mendeskripsikan burung Manguni dalam teologi kontekstual melalui simbol Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), lambang/simbol daerah Minahasa, ukiran, dan pakaian batik khas Minahasa.

Orang atau Tou Minahasa meyakini burung Manguni sebagai perantara antara manusia dan Tuhan Allah Yang Maha Besar (Opo Empung Wailan Wangko) serta menjadi pembawa kabar.

Hal tersebut dipengaruhi adat dan budaya Tou Minahasa yang berfungsi mengenali kepercayaan nenek moyang (leluhur) yang mengandung nilai-nilai luhur.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa burung Manguni, secara fisik maupun budaya Minahasa, mengandung nilai sakral dan menjadi identitas Tou Minahasa.

Lebih lanjut, peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN, Hari Suroto, mengatakan motif burung Manguni dapat dijumpai pada penutup waruga.

Waruga merupakan peninggalan megalitik berupa kubur batu leluhur orang Minahasa zaman dulu yang tersebar di beberapa daerah di Minahasa seperti Sawangan dan Lotta Pineleng.

Namun, tidak semua leluhur masyarakat Minahasa dikuburkan dalam waruga, melainkan hanya tokoh-tokoh berpengaruh dan dinilai memiliki posisi penting.

Pada setiap badan dan tutup waruga yang menjulang ke atas, terdapat lukisan-lukisan manusia, hewan, dan tanaman, tergantung pada tingkatan para leluhur.

Adapun, burung manguni yang diukirkan pada waruga dibuat khusus untuk menguburkan pemimpin adat.

Para tonaas atau pemimpin adat menganggap burung Manguni sebagai pembawa berita terpercaya dari langit atau dunia para leluhur yang dipimpin oleh para dewa atau Opo Empung (Tuhan).

“Bagi leluhur Minahasa, manguni dianggap bukan sekadar burung hantu, tetapi mendapat tempat khusus di hati mereka yang membantu kehidupan sehari-hari, serta sebagai pemberi isyarat atau kabar baik kepada manusia melalui kehadirannya atau memalui suara.”

“Bahkan, dianggap sebagai perantara manusia dengan dengan leluhur atau para dewa,” jelas Hari.

Profil Ormas Manguni Minahasa

Ormas Manguni merupakan salah satu organisasi masyarakat besar sekaligus tertua di Sulawesi Utara.

Ormas yang berdiri lebih dari 20 tahun lalu ini dikenal dengan nama Brigade Manguni.

Diketuai Tonaas Wangko Lendy Wangke, Brigade Manguni memiliki anggota yang cukup besar dan siap dimobilisasi dengan perintah pimpinan.

Ketika bencana alam melanda Manado, ormas ini sempat muncul dalam aksi kemanusiaan membantu para korban hingga menurunkan beberapa alat berat untuk melakukan ekskavasi reruntuhan.

Salah satu nilai utama yang ingin digaungkan Brigade Manguni adalah semangat Mapalus atau gotong royong, dan Sitou Timou Tumou Tou, yang berarti manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife