TANGSELIFE.COM – Kritik terhadap Presiden Jokowi terus bergulir. Jika para guru besar dan akademisi, kini giliran mahasiswa bersuara.

Terbaru, kritik terhadap Presiden Jokowi dilakukan oleh Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).

Kritik terhadap Presiden Jokowi itu dilakukan BEM SI dengan menggelar aksi di Patung Kuda Jakarta Pusat, Kamis, 8 Februari 2024.

Para mahasiswa itu mendesak agar Jokowi meminta maaf karena dianggap mencoreng demokrasi dalam helatan Pemilu 2024.

Kritik terhadap Presiden Jokowi itu dilakukan mahasiswa untuk mendesak penuntasan program kerja yang menjadi janji poltiknya saat kampanye Pilpres 2019 lalu.

“Kami mendesak Presiden mengucapkan kalimat minta maaf kepada masyarakat Indonesia secara terbuka karena telah merusak marwah demokrasi,” kata Koordinator Pusat BEM SI Hilmi Ash Shidiqi dikutip dari cnnindonesia, Kamis, 8 Februari 2024.

Para mahasiswa itu juga meminta, agar Presiden Jokowi fokus pada program kerja dan menghentikan tindakan yang mengarah pada keberpihakan di Pemilu 2024.

Hilmi juga menyinggung, Presiden Jokowi yang melakukan cawe-cawe dalam Pemilu 2024. Padahal, hal itu pernah ditegaskan Jokowi, bahwa tak akan cawe-cawe.

“Nyatanya hasrat Jokowi dalam berkuasa mendorong untuk cawe-cawe,” ungkapnya sambil menyinggung soal Presiden yang boleh memihak.

Puncak kekesalan mahasiswa BEM SI terhadap Presiden Jokowi yakni dengan memasang spanduk di Patung Kuda Gambir bertuliskan ‘Politik Gentong Babi Ala Jokowi’.

Koordinator Wilayah Jawa Tengah dan DIY BEM SI Bagus Hadikusuma menerangkan, makna dari ‘Politik Gentong babi’ adalah massa yang punya otoritas dan dan sumber daya banyak. 

“Atau dalam hal ini rezim yang sedang berkuasa itu sedang menghibahkan anggaran sumber dayanya,” katanya dikutip dari kompas.

Usai menggelar aksi, para anggota BEM SI itu kemudian membakar spanduk yang dipasangi wajah Jokowi.

Sebelumnya, kritik terhadap Presiden Jokowi juga diluapkan oleh civitas akademik dan alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin, 5 Februari 2024.

Mereka, para guru besar dan alumni yang menamai gerakan ‘Seruan Ciputat’ itu mendesak Presiden Jokowi dan aparat negara netral dalam Pemilu.

Selain itu, Presiden Jokowi juga didesak bersungguh-sungguh mengelola pemerintahan demi dan untuk demokrasi dan untuk kepentingan nasional. Bukan untuk kepentingan keluarga dan kelompok paslon tertentu.

Wivyh
Editor
Wivyh
Reporter