TANGSELIFE.COM – Lima Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Kota Hereford, Inggris, jadi korban pungutan liat alias pungli.

Selain jadi korban pungli, 5 WNI yang bekerja di perkebunan Haygrove itu dipecat karena dianggap terlalu lambat.

Direktur Pelaksana Haygrove, Beverly Dixon menyebut, 5 WNI tersebut tidak mampu memenuhi target yang ditetapkan perusahaan, yakni memetik ceri sebanyak 20 kilogram per jam.

Alhasil, kelima Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang baru bekerja dua bulan itu dipesankan tiket pulang oleh pihak perekrut, sehari setelah dipecat pada Rabu 24 Juni 2024.

Namun, dua dari 5 TKI menolak dipulangkan ke Indonesia dan dilaporkan kabur ke kota London, Inggris.

Dugaan Pungli Terhadap 5 WNI di Inggris

Kini, Lembaga Pengawas Eksploitasi Buruh Inggris tengah menyelidiki dugaan adanya penipuan rekrutmen tenaga kerja.

Berdasarkan penyelidikan awal, terungkap bahwa para TKI harus membayar biaya tambahan ilegal alias pungli hingga 1.100 pound sterling atau atau sekitar Rp23 juta pada sebuah organisasi di Indonesia.

Adapun dalih biaya tambahan tersebut digunakan untuk biaya tiket pesawat, pengurusan visa, dan perekrutan berlisensi.

Lebih lanjut, organisasi tersebut mengklaim bisa membawa para calon TKI ke Inggris lebih cepat.

Sontak, dugaan pungli di Indonesia menimbulkan pertanyaan tentang risiko eksploitasi dalam skema pekerja musiman i Inggris.

Pada 2022, The Guardian memberitakan sejumlah TKI datang ke Inggris dengan utang mencapai 5.000 pound sterling atau sekitar Rp104 juta kepada biro penyalur kerja ilegal.

Utang tersebut berasal dari pihak ketiga dan AG, agensi penyalur tenaga kerja di Inggris yang saat ini sudah tidak memiliki lisensi sebagai sponsor pekerja musiman.

Sejak munculnya persoalan tersebut, Indonesia dianggap sebagai negara yang berisiko untuk merekrut pekerja migran.

Namun pada tahun 2024 ini, jalur perekrutan kembali dibuka oleh perekrut baru dari Inggris, Agri-HR, yang bekerja sama dengan agen Indonesia, PT Mardel Anugerah.

PT Mardel Anugerah telah mengantongi lisensi untuk merekrut pekerja ke Inggris, serta mendapat dukungan dari kedutaan besar Indonesia.

Para WNI pun menuduh pihak ketiga di Indonesia, Forum Komunikasi (Forkom) PMI Seasonal Worker United Kingdom, yang menjadi biang kerok masalah.

Forkom diduga menjadi pusat komunikasi orang Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri, merekrut pekerja, dan memungut biaya, serta menjanjikan bisa membawa mereka ke Inggris lebih cepat.

Koordinator Forkom, Agus Hariyono menjelaskan, Forkom merupakan forum sosial yang dibentuk untuk untuk orang Indonesia dengan visa pekerja musiman, setelah beberapa orang tidak kembali dari 2022.

Dijelaskan Agus, seorang pekerja ‘menitipkan dana’ atau deposit kepada Forkom untuk dibayarkan langsung ke PT Mardel Anugerah.

Sementara itu, perwakilan PT Mardel Anugerah, Delif Subeki mengatakan, pihaknya diperkenalkan ke Forkom oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).

Delif mengaku telah memberi tahu para pelamar bahwa mereka tidak menggunakan pihak ketiga mana pun untuk perekrutan.

Di samping itu, Delif menegaskan bahwa biaya yang dipungut sudah sesuai ketentuan BP2MI an tidak ada pungli bagi para calon TKI yang ingin bekerja di Inggris.

“Kita sampaikan kepada para pelamar, ini estimasi biaya yang kalian butuhkan, sekitar Rp33 juta untuk biaya ini itu.”

“Kalau mereka terus bayar ke orang lain lagi, siapa yang suruh? Dan pembayaran harus langsung ke kita,” tandas Delif.

Oleh sebab itu, Delif pun menduga bahwa ada oknum yang mengambil kesempatan dalam kesempitan ini.

“Mungkin mereka (para oknum) bicara ‘Saya punya akses ke bos PT Mardel’. (Mereka) kasih foto sama saya untuk meyakinkan si orang ini (calon pekerja) kalau oknum ini punya akses ke saya,” ujar Delif.

“Yang mengiming-imingi memang mencari kesempatan. Kalau yang diiming-imingi sudah kita beri tahu dari awal,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife