TANGSELIFE.COM– Pertamax Green 92 telah dipersiapkan untuk mulai diluncurkan tahun depan menggantikan BBM Ron 90 alias Pertalite.
Rencananya PT Pertamina (Persero) akan menghapus Pertalite mulai 2024, sebagai tahap lanjutan dari Program Langit Biru.
Sejak dua tahun lalu PT Pertamina memiliki Program Langit Biru, yang mana pada tahap pertama menghapus keberadaan BBM RON 88 alias Premium
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, rencana penjualan BBM jenis RON minimal 90 dengan campuran etanol yaitu Pertamax Green 92 merupakan tahap kedua dari Program Langit Biru.
“Program pertama yakni menaikan BBM subsidi RON 88 menjadi RON 90, lalu tahap dua Program Langit Biru adalah menaikan BBM Subsidi RON 90 ke RON 92,” ujar Nicke.
Langkah yang diambil ini sejalan dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Sesuai dengan Pertauran KLHK Nomor P20/Menlhk/Setjen/Kum1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang, di mana nantinya BBM yang diperbolehkan beredar minimal RON 91.
Pertalite Akan Dihapus Pada Tahun 2024 Diganti Pertamax Green 92.
Nicke memaparkan bahwa pada tahun 2024 mendatang, hanya akan ada tiga jenis BBM gasoline, yaitu Pertamax Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo
Untuk, Pertamax Green 95 dan Pertamax Turbo telah tersedia di sejumlah SPBU yang ada di Jakarta dan Surabaya.
Kemudian, untuk Pertamax Green 92 rencananya akan dikeluargan tahun depan untuk menggantikan BBM bersubsidi Pertalite.
BBM Green 92 ini dinilai memiliki kadar emisi yang lebih rendah, sebab terbuat dari percampuran bioetanol dengan molases tebu.
Sebagai informasi, Pertamax Green 92 merupakan BBM percampuran antara Pertalite dan 7 persen etanol atau E7, sehingga membuat RON-nya naik menjadi 92 dari sebelumnya hanya 90.
Sementara itu, Pertamax Green 95 adalah BBM percampuran Pertamax dengan 5 persen etanol atau E5 pada 2023.
Namun, di tahun 2024 kadar etanol yang ada di Pertamax Green 95 akan dinaikkan menjadi 8 persen etanol atau E8.
Adapun untuk harga belum bisa dipastikan berapa pasaran BBM Green 92, tapi jika berkaca dari produk Green 95 yang sudah duluan meluncur ke pasaran, harganya cukup kompetitif dan masih lebih murah dibandingkan RON 95 yang ada di SPBU lain.
Menurut Nicke, BBM Green 92 berpotensi untuk masuk dalam kategori jenis BBM bersubsidi, dan BBM Khusus Penugasan (JBKP).
Lebih besar kemungkinan untuk masuk BBM bersubsidi, sebab Green 92 menjadi program pemerintah sehingga tidak mungkin jika masuk jenis JBKP harganya diserahkan ke pasar.
” Tidak mungkin jenis JBKP harganya diserahkan ke pasar, karena ada mekanisme subsidi atau kompensasi di dalamnya,” ujar Nicke.
Selain itu, Pertamina mengusulkan pelucuran BBM Green 92 berikut karena dinilai lebih baik, meskipun harga sama tetapi kualitas yang didapatkan masyarakat akan lebih baik.
Sebab, Pertmax Green 92 merupakan BBM RON 92 yang lebih baik dari Pertalite sehingga akan lebih bagus untuk mesin sekaligus kadar emisinya akan lebih rendah.
Pihak Pertamina juga menegaskan yang dipaparkannya hanya hasil kajian internal mereka dan akan diusulkan ke pemerintah.
Lebih lanjutnya untuk implementasi akan menjadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan agar tidak terjadi perdebatan di publik.
Pertamax Green 92 Gantikan Pertalite, Pertamina Minta Impor Etanol Bebas Cukai.
Menyusul rencana Pertamax Green 92 untuk menggantikan Pertalite, maka Nikce Widyawati meminta pemerintah untuk membaskan pajak cukai untuk produk etanol.
Etanol sendiri merupakan bahan yang menjadi campuran untuk BBM Green 92 dan Pertamax Green 95.
Nicke menjelaskan untuk saat ini masih adanya penerapan bea cukai Rp 20.000 untuk etanol, karena masih dianggap merupakan bagian dari alkohol.
Menurutnya, pembebasan pajak cukai harus dilakukan karena produk etanol yang digunakan itu untuk campuran energi, bukan dijadikan minuman keras.
“Kami memohon dukungan dari komisi VII DPR untuk membebaskan cukai etanol yang digunakan untuk energi supaya ini bisa kita dorong karena manfaatnya sangat besar,” tutur Nicke.
Saat ini pemerintah telah mendorong program ini dengan mengalokasikan 700 ribu hektar unuk gula dan etanol.
Diharapkan akan ada tambahan 1,2 juta kiloliter yang dapat digunakan untuk campuran bensin tersebut.
Meskipun saat ini masih harus impor bioetanol terlebih dahulu tpi tidak jadi masalah, karena gasoline pun kita masih impor.
Perbedaan sekarang kita hanya mengganti produk impor saja dari gasoline ke etnol yang mana lebih baik secara emisi.
Maka dari itu, PT Pertamina menegaskan butuh bantuan pemerintah untuk kelancaran distribusi Pertamax Green 92 dalam bentuk pembebasan cukai dan investasi bioetanol di dalam negeri.