TANGSELIFE.COM – Peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek MRT Jakarta East-West Line Fase 1 Tahap 1 Tomang-Medan Satria akan berlangsung pada akhir Agustus 2024.
Peletakan batu pertama ini menjadi tanda dimulainya pembangunan MRT Cikarang-Balaraja atau MRT Jakarta Fase 3 sepanjang 84,10 kilometer dengan total 48 stasiun.
Tuhiyat selaku Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) mengungkapkan, groundbreaking MRT Jakarta Tomang-Medan Satria akan berlangsung pada akhir Agustus 2024 mendatang.
Namun ia belum bisa memastikan kapan tepatnya peletakan batu pertama itu dilaksanakan karena masih menunggu arahan dari pemerintah pusat, mengingat pada bulan tersebut pemerintah akan melaksanakan upacara HUT RI di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan pemerintah pusat untuk menentukan lokasi digelarnya peletakan batu pertama.
Pembangunan proyek MRT Cikarang-Balaraja ini akan dibagi menjadi empat tahap pekerjaan, yakni Fase 1 Tahap 1 Tomang-Medan Satria sepanjang 22,7 kilometer, Fase 1 Tahap 2 Kembangan-Tomang sepanjang 9,2 kilometer.
Kemudian pada Fase 2 Timur Medan Satria-Cikarang sepanjang 21,8 kilometer dan Fase 2 Barat Kembangan-Balaraja sepanjang 29,9 kilometer.
MRT Jakarta East-West Line akan tersambung dengan koridor North-South dengan titik temu di Stasiun Thamrin yang kini sedang dibangun.
Saat awal pembangunan, Fase 1 Tahap 1 dari MRT Jakarta East-West Line akan memiliki 21 stasiun yang terdiri dari jalur bawah tanah dari Roxy sampai Galur dan stasiun layang dari Tomang-Grogol dan Cempaka Baru-Ujung Menteng.
Pada tahap ini juga akan dibangun depot di kawasan Rorotan dengan jalur akses sepanjang 5,4 kilometer.
Kemudian pada Fase 2 Tahap 2 pembangunan jalur Tomang-Kembangan akan berlangsung sepanjang 9,2 kilometer.
Nantinya akan ada 6 stasiun elevated.
Pembangunan Fase 2 ini nantinya mencakup Kembangan-Balaraja sepanjang 29,9 kilometer dengan 14 stasiun elevated dan Medan Satria-Cikarang sepanajang 20 kilometer dengan 7 stasiun elevated.
Proyek MRT Cikarang-Balaraja Dapat Pinjaman Rp14,5 Triliun dari Jepang
Sebagai informasi, pembangunan proyek MRT Cikarang-Balaraja ini memperoleh pinjaman dari Jepang senilai 140,699 miliar yen atau sekitar Rp14,49 triliun (kurs Rp103).
Lebih lanjut, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang telah menandatangani dokumen Perjanjian Pinjaman Lunak Official Development Assistance (ODA) sebesar 140,699 miliar yen pada 13 Mei 2024.
Pinjaman itu untuk pembangunan MRT Cikarang-Balaraja yang merupakan jalur Timur-Barat fase 1 tahap 1 meliputi wilayah Tomang-Medan Satria.
Adapun suku bunga untuk pinjaman ini sebesar 0,3 persen per tahun, termasuk 0,2 persen per tahun untuk konsultan.
Kemudian, masa pengembalian 40 tahun termasuk masa tenggang 10 tahun.
Dengan total Rp14 trilun ini, pinjamannya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar 51 persen melalui APBD, 49 persen ditanggung pemerintah pusat melalui APBN.
“Pengembaliannya yang 49 persen itu dihibahkan ke DKI, jadi DKI full bisa dapat dari pusat, kemudian dia sendiri hanya menanggung 51 persen,” ucap Tuhiyat.