TAGSELIFE.COM – Pihak Israel menuduh Rumah Sakit atau RS Indonesia di Gaza dijadikan tempat persembunyian Hamas. Tuduhan itu pun menuai respon keras dari pihak Indonesia.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia membantah adanya tuduhan RS Indonesia di Gaza itu jadi tempat persembunyian Hamas.

Juru Bicara Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan, rumah sakit tersebut dibangun dengan tujuan kemansian.

“RS Indonesia di Gaza adalah fasilitas yang dibangun masyarakat Indonesia sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan dan untuk melayani kebutuhan medis masyarakat Palestina di Gaza,” kata Lalu.

Iqbal mengatakan, RS Indonesia adalah satu dari segelintir fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Gaza di tengah jumlah korban serangan Israel yang terus bertambah setiap harinya.

Saat ini, pusat pelayanan kesehatan itu merawat pasien dalam jauh melampaui kapasitasnya.

“RS Indonesia saat ini sudah dikelola sepenuhnya oleh otoritas Palestina di Gaza, meskipun dari waktu ke waktu selalu ada relawan Indonesia yang membantu,” ucapnya.

Iqbal juga mengatakan bahwa Indonesai tetap konsisten mengutuk kejahatan yang dilakukan Israel terhadap masyarakat sipil di Gaza.

“Menlu RI sejak awal secara konsisten mengutuk dan menyerukan penghentian segera serangan membabi buta terhadap target sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza, termasuk rumah sakit dan ambulan,” jelas Iqbal.

Diketahui, tuduhan tersebut disampaikan oleh juru bicara militer Zionis pada Minggu, 5 November 2023. Dimana RS Indonesia di Gaza itu dibangun di atas terowongan Hamas.

Sejarah Berdirinya RS Indonesia di Gaza

RS Indonesia di Gaza
Militer Zionis Israel menuduh RS Indonesia di Gaza jadi tempat persembunyian Hamas.

Rumah sakit itu didirikan di atas lahan seluar 16.261 m² yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza, dimana tanah itu merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina.

Dan bangunannya sendiri diririkan dari dana donasi seluruh masyarakat Indonesia, yang terus mengumpulkan bantuan kemanusian untuk Gaza.

Nama rumah sakit itu pun diberinama Indonesia, sebagai bentuk hubungan kuat antara Palestina dengan Indonesia.

Dimana awalnya, tim Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C) melihat adanya kebutuhan sarana kesehatan, khususnya yang berfokus pada trauma dan rehabilitas bagi para korban perang di jalur Gaza.

Terlebih lagi donasi yang dikumpulkan dari masyarakat Indonesia begitu besar, sehingga muncul ide untuk mebangun rumah sakit di Gaza.

Dilanjutkan tim MER-C pun melakukan pertemuan dengan Menteri Kesehatan Palestina pada masa itu, hingga akhirnya ada kesepakatan antara keduanya.

Pada kesepakatan itu pun menghasilkan MoU yang ditandatangani oleh dr Joserizal Jurnalis yang mewakili Indonesia dan dr Bassim Naim yang mewakili Gaza.

Setelah ada kesepakatan dengan MoU itu, tim MER-C pun kembali ke Indonesia dan menyampaikan rencana pembangunan rumah sakit ke Menteri Kesehatan RI saat itu, dr Siti Fadilah Supari.

Hingga pada bulan Mei 2009, MER-C mendapat surat tanah wakaf untuk pembangunan RSI dari Perdana Menteri (PM) Palestina Ismail Haniya.

Namun, dalam prosesnya banyak kendala yang dihadapi oleh tim, dimana tim MER-C dan aktivis lain tidak kunjung mendapat izin memasuki jalur Gaza. Bahkan ada yang sempat ditangkap dan ditahan oleh Israel.

Hingga pada Juli 2010, tim MER-C berhasil masuk ke Gaza, hingga rencana pembangunan rumah sakit bisa dimulai dan melibatkan para relawan dari Indonesia.

Pembangunan dengan donasi seluruh rakyat Indonesia, dan tidak ada bantuan dari asing sepeser pun itu dimulai pada 14 Mei 2011.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Sopiyan
Editor