TANGSELIFE.COM – Tanaman Kratom lagi ramai dibahas. Bahkan tanaman herbal Kratom ini menjadi pembahasan penting antara Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kratom sampai menjadi pembahasan di Istana Presiden lantaran memiliki nilai jual dan telah dieskpor oleh petani ke Amerika Serikat. Nilai ekspornya pun fantastis hingga US$15,51 juta dengan volume 8,21 ribu ton.
Diketahui, Kratom merupakan tumbuhan herbal yang digunakan masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat hingga suplemen. Selain itu, masih banyak manfaat dari tanaman Kratom ini.
Kratom diketahui masih satu keluarga dengan tanaman kopi asli Asia Tenggara. Tanaman herbal ini pun banyak tumbuh di Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Dari berbagai informasi yang dihimpun, daun Kratom memiliki berbagai manfaat dengan kandungan senyawa Alkaloid. Seperti mitragynine, 7-hydroxymitragynine, speciociliatine, corynanthe Idine, specyogynine, paynantheine, dan mitraphyline.
Masing-masing senyawa yang terkandung dalam Kratom itu pun memiliki khasiatnya tersendiri. Mulai dari pereda nyeri hingga disebut bisa digunakan obat kanker dan jantung.
Manfaat tanaman Kratom di antaranya:
- Mitragynine: memiliki efek 13 kali lebih kuat dibandingkan morfin.
- 7-hydroxymitragynine: sebagai pereda rasa sakit.
- Speciociliatine: meningkatkan mood atau suasana hati baik.
- Corynanthe Idine: menghambat kontraksi kedutan.
- Specyogynine: menciptakan efek analgesik.
- Paynantheine: menghilangkan rasa nyeri.
- Mitraphyline: dapat digunakan mengobati radang sendi, kanker, penyakit jantung dan peradangan lainnya.
Meski memiliki banyak manfaat baik, tetapi tanaman Kratom ini juga punya dampak negatif.
Dampak negatif kratom:
- Berkeringat
- Halusinasi
- Gatal
- Pusing
- Kejang
- Mulut kering
- hingga kerusakan hati
- Memabukkan akibat kandungan senyawa Mitragynine
Diketahui, tanaman Kratom saat ini menjadi salah satu sumber penghasilan petani di Kalimantan Barat. Petani Kratom itu bahkan melakukan ekspor hingga ke Amerika Serikat.
Sejak 2019 nilai ekspornya pun mengalami peningkatan. Data dari Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor 2019 mencapai US$9,95 juta dengan volume 5,33 ribu ton.
Pada 2020, nilai ekspor kratom mencapai US$13,16 juta dengan volume ekspor 4,25 juta ton. Nilai eskpor itu kembali naik pada 2021 yang mencapai US$15,22 juta dengan volume 4,37 ribu ton.
Sedangkan di 2022 nilai ekspor kratim naik hingga US$15,51 juta dengan volume 8,21 ribu ton, tetapi mengalami anjlok menjadi US$4,82 juta dengan volume 2,25 ribu ton.
Pada 2023 ini, nilai ekspor itu kembali naik, sepanjang Januari-Mei 2023 nilainya mencapai US$7,33 juta atau setara Rp114,92 miliar.
Kini, Mendag Zulhas tengah merancang sistem dan aturan untuk menata ekspor kratom yang menguntungkan bagi petani Indonesia.
Di satu sisi, ada sudut pandang lain soal Kratom. Dengan efek yang dapat memabukkan, tanaman kratom ini juga dianggap masuk dalam golongan psikotropika. Tetapi belum ada kepastian secara hukum soal kratom masuk dalam psikotropika itu.