TANGSELIFE.COM – Syarat wajib puasa merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi umat Islam agar ibadah puasa yang dijalani dapat dianggap sah dan sesuai syariat.

Dengan menjalankan syarat wajib puasa, umat Islam akan mendapat pahala yang sempurna.

Syarat wajib puasa sudah ditetapkan dan dipraktikan oleh para sahabat Rasulullah SAW.

Sampai saat ini, syarat wajib puasa itu pun masih dijalankan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Syarat Wajib Puasa

Berikut ini beberapa syarat wajib puasa yang harus diperhatikan umat Islam dikutip dari NU Online Lampung:

1. Islam

Syarat wajib puasa yang pertama adalah beragama Islam.

Pasalnya, puasa adalah ibadah yang menjadi keharusan atau masuk dalam rukun keislamannya.

Dengan demikian, mereka yang tak mengimani Islam tak wajib menjalankan puasa.

2. Sudah baligh

Syarat berikutnya adalah mereka yang sudah berusia baligh.

Anak-anak kecil tak berkewajiban untuk menjalankan puasa wajib, akan tetapi para orang tua wajib melatihnya untuk menjalankan puasa sejak usia 7 tahun agar nantinya bisa terbiasa.

Ukuran baligh untuk laki-laki adalah pernah keluar mani dari kemaluannya baik dalam keadaan tidur atau terjaga.

Sementara itu, penanda baligh untuk perempuan adalah keluarnya haid.

3. Berakal

Syarat ketiga berpuasa adalah berakal yang sempurna atau tidak gila.

Baik gila karena cacat mental atau gila karena mabuk.

Mereka yang menjalani puasa dalam keadaan tidak sadar karena cacat mental atau mabuk, maka tidak terkena hukum kewajiban menjalankan ibadah puasa.

Terkecuali orang yang mabuk dengan sengaja, maka ia wajib mengganti puasa di hari lain atau qadha.

4. Kuat atau mampu

Selain beragama Islam, baligh, dan berakal, seseorang yang berpuasa wajib mampu atau kuat untuk menjalankan ibadah puasa.

Jika tidak mampu, maka wajib mengganti di bulan berikutnya atau membayar fidyah.

5. Tidak dalam perjalanan jauh

Syarat wajib puasa yang satu ini adalah mukim (menetap).

Jika seorang umat Islam sedang menempuh perjalanan jauh (musafir) maka ada rukhsoh (keringanan untuk tidak berpuasa).

Namun apabila dalam perjalanan itu ia masih tahan atau mampu berpuasa, maka lebih baik untuk tetap menjalankan puasa daripada membatalkan puasanya.

Dan apabila seorang musafir tidak tahan berpuasa, maka membatalkan puasa lebih utama daripada menahannya.

6. Suci dan haid dan nifas

Menurut kesepakatan ulama, perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa.

Dasarnya adalah hadis yang diriwayatkan Aisyah, yakni:

“Kami (perempuan yang haid atau nifas) diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha salat.”

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Dwi Oktaviani
Editor
Dwi Oktaviani
Reporter