TANGSELIFE.COM– Ketahui cara membayar hutang puasa Ramadhan bagi wanita Muslim yang haid, apakah harus memabayr fidyah, qadha puasa, atau keduanya?
Sebagai informasi, di antara golongan orang yang diperbolehkan untuk tidak puasa Ramdahan, salah satunya adalah wanita yang sedang haid atau menstruasi.
Jika wanita sedang haid dan tetap melakukan puasa, maka ibadahnya tersebut bisa dianggap tidak sah, bahkan berdosa.
Dalam kitab Fiqih Sunnah dari Sayyid Sabiq dijelaskan, apabila ada wanita yang berpuasa Ramdhan dari terbit fajar, kemudian menjelang matahari terbenam (waktu berbuka) mendapatkan dirinya haid, maka puasanya tetap dianggap batal dan wajib baginya untuk membayar hutang puasa.
Namun, perlu diingat ketika membayar hutang puasa Ramadhan tidak boleh asal-asalan dalam mengerjakannya, ada syarat dan ketentuan yang didasarkan pada penyebabnya.
Pasalnya, selain wanita haid, ada golongan orang lainnya yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa yakni:
- Orang yang sedang sakit dan tidak mampu menjalankan puasa
- Lansia yang tidak mampu menjalankan puasa
- Musafir
- Perempuan yang sedang nifas
- Ibu hamil dan menyusui
Lantas, Bagaimana Cara Membayar Hutang Puasa Ramadhan Karena Haid?
Mengingat bahwa puasa Ramadhan ini adalah hukumnya wajib, maka wanita yang sedang haid tetap diwajibkan untuk qadha puasa di kemudian hari.
Melansir dari laman baznas.go.id, mengqadha atau mengaanti puasa bagi umat Islan karena haid adalah sebuah kewajiban.
Sebagai contoh, apabila ketika puasa Ramadhan Anda haid selama 7 hari, maka qadha puasa yang harus dibayarkan adalah 7 hari di luar bulan Ramdhan.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui cara membayar hutang puasa Ramadhan karena haid disesuaikan dengan sebanyak hari yang tertinggal pada puasa di bulan Suci.
Sementara, golongan orang yang diperbolehkan untuk mengqadha puasa Ramadhan dengan membayar fidayah adalah orang yang terkena penyakit menahun, lansia yang tidak berdaya, dan wanita menyusui.
Batas Waktu Membayar Hutang Puasa Ramadhan Karena Haid
Dalam buku Shahih Fiqh As-Sunnah li An-Nisaa’ yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Jad dan diterjemahkan oleh Masturi Irham serta Nurhadi, disebutkan bahwa qadha puasa dapat dilakukan secara berurutan maupun tidak.
Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, qadha puasa Ramadan harus dilakukan sebelum datangnya Ramadan berikutnya.
Dengan demikian, seseorang masih memiliki kesempatan untuk menggantinya hingga hari-hari terakhir bulan Sya’ban.
Dalam kitab Bidayatul Mujtahid fi Nihayatil Muqtashid karya Ibnu Rusyd (cetakan kelima, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 2013/1434 H, hlm. 287), disebutkan bahwa pendapat yang lebih kuat mengenai batas waktu qadha adalah sebelum masuknya Ramadan berikutnya.
Ini artinya, meskipun bulan Sya’ban telah melewati pertengahannya, seseorang tetap diperbolehkan mengqadha puasa Ramadan.
Doa Niat Membayar Hutang Puasa Ramadhan Karena Haid
Sebelum mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena haid, disarankan untuk terlebih dahulu membaca niat.
Berikut adalah doa niat qadha puasa Ramadhan karena haid, sebagaimana dikutip dari laman nu.or.id:
Nawaitu shauma ghadin an qadha’i fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya berniat untuk mengqadha puasa di bulan Ramadhan pada esok hari karena Allah SWT.”



