TANGSELIFE.COM– Dua pabrik sepatu di Tangerang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada ribuan pekerjanya.

Menurut keterangan dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten, Septo Kalnadi, menjelaskan bahwa PT Adis Dimension Footwear telah merumahkan 1.500 pekerja, sementara PT Victory Ching Luh tengah memproses PHK terhadap 2.000 pekerja.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea, mengungkapkan bahwa mayoritas pekerja yang terkena PHK berasal dari anggota KSPSI.

Adapun alasan mengapa dua pabrik sepatu di Tangerang melakukan PHK massal terhadap ribuan pekerja akibat penurunan pesanan dari pemegang merek ternama.

Apa Alasan Dua Pabrik Sepatu di Tangerang Lakukan PHK Massal?

Sebagai informasi, kedua pabrik sepatu di Tangerang ini telah beroperasi selama puluhan tahun.

PT Adis Dimension Footwear, misalnya, berdiri di atas lahan 23 hektare di Balaraja, Tangerang, dan dikenal sebagai produsen sepatu berkualitas tinggi yang memasok berbagai merek internasional, termasuk Nike dan Adidas.

Adapun alasan utama PT Adis Dimension Footwear melakukan PHK, karena sepatu merek ternama Nike belakangan ini mengalami penurunan yang siginifikan.

“Karena order dari pemegang merek berkurang, mereka tidak mendapatkan pesanan baru. Akibatnya, produksi menurun dan akhirnya PHK tak terhindarkan,” ujar Septo.

Menghadapi situasi ini, KSPSI terus berkomunikasi dengan pimpinan serikat pekerja di masing-masing perusahaan untuk memastikan hak-hak buruh yang terkena PHK tetap terpenuhi.

Selain itu, KSPSI juga mengupayakan informasi terkait peluang kerja di perusahaan lain bagi para pekerja terdampak.

Catatan PHK Massal di Indonesia Bertambah usai Dua Pabrik Sepatu di Tangerang Lakukan Hal Serupa

Fenomena pemecatan ribuan pekerja pabrik sepatu di Tangerang ini menambah catatan buruk kasus PHK masaal di Indonesia.

Belakangan ini juga pabrik tekstil Sritex melakukan PHK Massal ribuan pekerjanya usai dinyatakan Pailit.

Beberapa perusahaan besar di Indonesia juga melakukan pengurangan tenaga kerja, di antaranya Yamaha Music, restoran cepat saji KFC, hingga pabrik elektronik Sanken asal Jepang di Bekasi.

Di Provinsi Banten sendiri gelombang PHK ini sudah terjadi sepanjang tahun 2024 dan telah menyebabkan 12.000 pekerja kehilangan pekerjaan.

Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring banyaknya perusahaan yang mengajukan izin PHK di tingkat kabupaten dan kota.

Melihat fenomena PHK massal ini, Andi Gani menegaskan bahwa hal ini bukan hanya sekadar tanggung jawab Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) semata, melainkan memerlukan perhatian lintas kementerian agar penyelesaiannya bisa komprehensif.

Andi Gani mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret dengan membentuk Satuan Tugas Khusus yang melibatkan berbagai kementerian guna menangani badai PHK yang semakin meluas.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Jihan Hoirunisa
Editor
Jihan Hoirunisa
Reporter