TANGSELIFE.COM- Antisipasi kasus Antraks dan mencegah penularan ke Kota Tangerang, pengiriman hewan ternak ke wilayah itu diperketat.
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) memperketat ternak khususnya sapi, kambing, dan domba masuk ke wilayahya.
Bahkan untuk antisipasi kasus Antraks, Pemkot Tangerang tidak mengizinkan pengiriman hewan dari wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta.
Kepala Bidang (Kabid) Pertanian DKP Kota Tangerang, Ibnu Ariefyanto mengatakan hingga kini kasus antraks di Kota Tangerang belum ditemukan.
Pasalnya, Kota Tangerang bukan wilayah yang memiliki banyak peternak seperti daerah lain.
Meski begitu, katanya juga, untuk antisipasi kasus Antraks pembatasan hewan yang masuk perlu dilakukan.
Tujuan tindakan pengetatan dan pelarangan pengiriman ternak itu untuk antisipasi kasus Antraks masuk ke Kota Tangerang.
“Saat Idul Adha 1444 Hijriah lalu, kebanyakan hewan kurban di Kota Tangerang didatangkan dari Bima dan bebas Antraks,” ujarnya Kamis, 6 Juli 2023.
Saat ini, kata Ibnu Ariefyanto juga, di Kota Tangerang hanya ada sekitar 40 peternakan dan terbanyak adalah sapi serta kambing.
“Jadi antisipasi kasus Antraks kami melarang hewan ternak dari Gunung Kidul,” ungkapnya juga.
Antisipasi Kasus Antraks yang Merupakan Penyakit Zoonosis
Untuk diketahui, virus Antraks bersifat zoonosis atau dapat menular dari hewan ternak kepada manusia.
Penularan kepada manusia dari hewan dapat melalui kulit, pernapasan, hingga organ pencernaan apabila mengonsumsi daging dari hewan yang positif Antraks.
Karena itu, antisipasi kasus Antraks ternak yang positif virus itu tidak boleh dipotong dan dikonsumsi dagingnya.
Solusinya, hewan ternak yang terpapar antraks harus langsung dimusnahkan dengan cara dikubur sedalam dua meter dan dibakar.
Awal pekan ini, di Dusun Padukuhan Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta ditemukan kasus Antraks.
Virus Antraks menjangkit 87 warga setempat dan satu orang di antaranya meninggal dunia.
Penyakit Antraks itu terjadi setelah warga dusun tersebut, menggali hewan ternak yang mati mendadak karena terpapar virus penyakit zoonosis tersebut.
Warga yang sudah mengubur hewan ternak yang mati untuk antisipasi kasus Antraks lantas menggali dan mengkonsumsi daging hewan tersebut.
Akibatnya puluhan warga yang makan daging tersebut terpapar virus Antraks yang kini dalam perawatan medis.