TANGSELIFE.COM – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menawarkan program pengawetan makanan berbasis nuklir dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal itu seperti disampaikan Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Saiful Bahri, saat mendatangi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa, 29 Juli 2025.
Saiful mengatakan, teknologi berbasis nuklir yang dimaksud adalah iradiasi pangan. Dengan pengawetan menggunakan metode itu nantinya makanan tersebut bisa lebih awet hingga 10 kali lebih lama.
“Konkritnya adalah makanan-makanan atau bahan baku yang nanti akan dipakai untuk industri maupun dipakai untuk fresh atau dimakan langsung itu melalui proses iradiasi,” kata Saiful, Selasa, 29 Juli 2025.
Saiful menjelaskan, iradiasi bisa dilakukan terhadap bahan mentah maupun makanan olahan sudah matang. Dalam proses tersebut, nantinya makanan akan di iradiasi menggunakan partikel tertentu.
“Di iradiasi dengan partikel tertentu, baik itu dengan elektron maupun dengan gamma sehingga dia lebih awet lebih lama bisa 10 kali lebih lama itu disimpan,” ungkapnya.
Saiful memastikan proses pengawetan berbasis nuklir itu tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, lanjutnya, proses tersebut tidak akan mengurangi jumlah nutrisi dari makanan itu sendiri.
“Tanpa mengurangi nutrisi, tanpa mengubah bentuk, tanpa mengubah struktur, ini pentingnya dengan nutrisi begitu makan bergizi sehingga harapannya nanti seluruh rakyat Indonesia mendapatkan makanan berkualitas,” paparnya.
Di lokasi yang sama, Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana menyambut baik tawaran teknologi tersebut.
Menurutnya teknologi semacam itu sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.
“Saya kira iradiasi ini salah satu teknologi yang sangat manajebel ya dan sangat dibutuhkan untuk agar produk-produk pertanian kita bisa tahan lama kemudian tidak mubazir,” kata Dadan.
“Dan khusus untuk program makan bergizi ini sangat bermanfaat ketika kita melakukan pelayanan pada saat libur,” sambungnya.
Kendati demikian ia menyebut bahwa teknologi itu tidak bisa serta merta langsung diterapkan di menu maupun bahan makanan MBG.
Pasalnya diperlukan penelitian mendalam untuk memastikan penerapan teknologi itu tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan kepada siswa penerima program MBG.
“Tadi kami sudah menanyakan terkait dengan research perbedaan komposisi, nutrisi dari makanan atau buah yang diradiasi dengan tidak diradiasi apakah ada perubahan komponen, komposisi. Karena kalau ada perubahan kan ke tubuhnya juga kan reaksinya beda,” pungkasnya.