TANGSELIFE.COM – Para pedagang di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang biasa berjualan menggunakan gas turut terdampak dengan langkanya gas elpiji 3 kg.

Pasalnya gas elpiji 3 kg yang menjadi salah satu komponen pendukung utama mereka berjualan mulai sulit ditemukan keberadaanya.

Salah seorang pedagang susu kedelai di wilayah Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat, Janah mengaku sudah beberapa hari sangat kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg.

Janah mengatakan, bahkan ia harus mencari ke beberapa tempat yang jaraknya cukup jauh dari rumah hanya untuk mendapatkan gas subsidi tersebut.

“Rakyat sekarang jadi susah, udah gas langka nyarinya susah, waktu jadi terbuang sia-sia,” kata Janah kepada Tangselife.com, Selasa, 4 Februari 2025.

Janah menjelaskan, biasanya ia sudah mulai mengolah bahan-bahan untuk jualan sejak pukul 04.00 WIB pagi. Namun karena tidak memiliki gas ia justru harus berkeliling mencari keberadan gas.

Bahkan akibat tidak memiliki gas untuk mengolah bahan dagangan, ia harus rela meliburkan diri berjualan selama dua hari.

“saya sampai gak bisa jualan, kan gas nya gak ada. Hari ini aja gak jualan. Sudah dari kemarin gak jualan, sudah dua hari,” ungkapnya.

Kondisi serupa juga dialami Dudi, pedagang Batagor yang biasa berjualan di wilayah Kampung Bulak Kelurahan Serua Kecamatan Ciputat.

Dudi menjelaskan, satu tabung gas yang ia beli mampu digunakan untuk mengolah bahan dagangan hingga dua atau tiga hari.

Saat kehabisan gas, ia bahkan harus mengantre hingga berjam-jam untuk bisa mendapatkan gas melon subsidi.

“Terakhir beli gas kemarin malam-malam, itu juga nunggu sampai lama,” ungkapnya.

pedagang libur jualan imbas gas elpiji 3 kg langka

Dudi mengaku di rumahnya memiliki 13 gerobak batagor, namun setengah dari usahanya itu harus rela meliburkan diri akibat kelangkaan gas.

“Saya punya 13 gerobak (untuk mensiasati itu) gantian jualannya, karena gak ada gas. Paling cuma enam atau tujuh yang jualan, yang lainnya nyari gas,” jelasnya.

Dudi tak menampik kondisi langkanya gas elpiji 3 kg tersebut turut berdampak terhadap penurunan omzet.

Ia menaksir penurunan omzetnya bahkan hingga mencapai 30 persen. Ia pun berharap pemerintah dapat segera mencari solusi agar permasalahan kelangkaan gas ini dapat segera terselesaikan.

“30 persen mah turun. Biasanya sehari bisa dapat Rp200 ribu sekarang jadi Rp120 ribu sampai Rp140 ribu,” tuturnya.

“Harapannya kepada pemerintah agar tahu dan mengerti keadaan rakyatnya bagaimana, terus mengatur dan cari solusinya gimana biar rakyatnya enak,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Dwi Oktaviani
Editor
Andre Pradana
Reporter