TANGSELIFE.COM – Serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel sehubungan situasi krisis di Gaza kian memanas.

Sebagai informasi, situasi di perbatasan Israel-Lebanon kian memburuk usai pecahnya perang di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Tentara Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon, yang mendukung pihak Palestina, saling baku tembak melintasi perbatasan secara intens.

Muncul kekhawatiran, operasi militer antara Hizbullah, yang turut didukung Iran, melawan Israel belum akan berhenti dan justru meningkat.

Peningkatan ketegangan antara Hizbullah dan Israel seolah tak menghiraukan tekanan internasional dan diplomatik untuk menghindari perang besar-besaran.

Kekhawatiran akan eskalasi militer antara Hizbullah dan Israel pun membuat Kuwait mengevakuasi warga negaranya dari Lebanon pada Sabtu 22 Juni 2024 kemarin.

Hizbullah dan Israel Memanas

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell telah mengeluarkan peringatan terkait meningkatnya kekerasan di Timur Tengah sehubungan dengan krisis di Gaza.

“Kemarin (Sabtu) telah menjadi salah satu hari paling mematikan sejak Oktober dengan sedikitnya 100 warga Palestina dilaporkan meninggal,” ujar Josep Borrell melalui sosial media X, Minggu 23 Juni 2024.

Borrell menekankan, situasi mengerikan masih berlangsung mengingat masih ada sandera serta tampaknya risiko konflik yang lebih luas.

“Lonjakan yang terjadi di Lebanon akan berdampak serius terhadap kawasan ini dan sekitarnya,” jelas Borell.

Menurut catatannya, saat ini situasi ekonomi di Tepi Barat pun berada di ambang keruntuhan, ditambah kekerasan yang makin meningkat.

Oleh karena itu, Borell mengecam pengabaian terang-terangan terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2735 dan kurangnya perbaikan dalam akses dan penyampaian bantuan kemanusiaan.

“Saya kecewa dengan laporan Cindy McCain dari Program Pangan Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia tentang akses kemanusiaan yang masih terhambat,” tuturnya.

Borell melaporkan bahwa laporan hak asasi manusia PBB mendokumentasikan serangan yang tidak proporsional dan tidak pandang bulu.

Termasuk, terjadinya aksi perusakan terhadap gedung Palang Merah akibat teror penembakan.

“Kami mendesak semua pihak sekali lagi untuk menghentikan siklus penderitaan dan kehancuran ini,” tandas Borell.

Lebih lanjut, Israel telah menyatakan pihaknya menyetujui dan memvalidasi rencana operasional untuk serangan di Lebanon, pada Selasa 18 Juni 2024 lalu.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mendorong Israel dan Lebanon untuk segera memperbarui komitmen mereka pada resolusi Dewan Keamanan 1701 serta menghentikan serangan.

“Para pihak harus segera kembali menjalankan secara penuh resolusi Dewan Keamanan 1701 dan segera kembali menghentikan serangan,” kata Guterres kepada wartawan, Jumat 21 Juni 2024.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Dien
Reporter