TANGSELIFE.COMKualitas udara Tangerang Selatan menjadi yang paling buruk dibanding kota lain di Indonesia sepanjang bulan Juli 2023.

Berdasarkan pemantauan lembaga kualitas udara yakni Nafas Indonesia, kualitas udara Tangerang Selatan dinobatkan sebagai kota paling berpolusi dalam jangka waktu tiga bulan belakangan.

Wilayah di Tangsel yang menjadi lokasi dengan kualitas udara terburuk adalah Serpong yang ditandai kode warna merah atau berarti tidak sehat untuk semua orang.

Serpong yang saat ini berada di urutan pertama dengan kualitas udara terburuk memiliki rata-rata PM 2,5 yang dihasilkan 80 µg/m³.

Buruknya kualitas udara Tangerang Selatan terkhusus di Serpong, membuat Nafas memberikan perumpamaan bahwa menghirup udara di wilayah itu sama dengan mengisap 112 batang rokok per bula.

Pengukuran ini dihitung berdasarkan jumlah ekuivalen rokok yang dibandingkan dengan rata-rata polusi PM 2.5 dalam sehari 22 µg/m³ sama dengan1 batang rokok.

Kualitas udara Tangerang Selatan yang buruk akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi warganya.

Masalah kesehatan yang mungkin saja akan timbul seperti kelahiran prematur, asma, batuk hingga sesak napas, jantung koroner, diabetes, sampai kanker paru-paru.

Buruknya kualitas udara Tangerang Selatan dibandingkan dengan pembakaran rokok

Kualitas Udara Tangerang Selatan Paling Buruk, Bagaimana Kondisi Kesehatan Warganya?

Berdasarkan pemantauan realtime Nafas selama bulan Juli 2023 polusi di setiap kota di Jabodetabek meningkat 5-9 persen dari sebelumnya.

Nafas melakukan pengukuran polusi berdasar partikel PM 2.5 berukuran 2,5 mikrometer dan sesuai dengan standar yang ditetapkan WHO.

Pengukuran dilakukan dalam satuan mikrogram (µg) per meter kubik (m³), sementara indeks kualitas udara diberikan kode warna sebagai berikut:

  • Angka 0-12 diberikan kode warna hijau artinya kualitas udara baik.
  • Angka 12.1-35.4 diberikan kode warna kuning artinya kualitas udara moderat.
  • Angka 35.5-55.4 diberikan kode warna oranye artinya kualitas udara tidak sehat untuk keompok sensitif.
  • Angka 55.5-150.4 diberikan kode warna merah artinya kualitas udara tidak sehat untuk semua orang.
  • Angka 150.5-250.4 diberikan kode warna ungu artinya kualitas udara sangat tidak sehat.
  • Angka lebih dari 250.4 diberikan kode warna merah maroon artinya kualitas udara beracun.
Kualitas Udara Tangerang Selatan Peringkat Pertama, Berikut Daftar Peringkat dan Wilayahnya

Ukuran polusi PM 2.5 yang sangat kecil ini membuat partikel tersebut tidak dapat disaring oleh tubuh kita, sehingga menghirup udara dengan kualitas buruk akan menimbulkan beragam penyakit.

Buruknya kualitas udara di Tangerang Selatan ini mengintai kesehatan warga baik lansia, dewasa dan juga anak-anak.

Terlebih untuk wilayah Serpong yang dengan hasil 80 µg/m³ ditandai dengan warna merah yang menandakan kualitas udaranya tidak sehat untuk semua orang.

Disusul oleh wailayah Bekasi yang berada diposisi kedua dengan hasil 79 µg/m³, lalu posisi ketiga wilayah Bogor dengan hasil 70 µg/m³.

Menurut Nafas Indonesia, ketika seseorang menghirup udara buruk terus-menerus dalam jangka pendek akan mengakibatkan kerusakan di otaknya.

Orang tersebut berpotensi untuk terkenal attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), ini merupakan penyakit gangguan mental yang sering menyerang anak-anak.

Selain itu, penyakit yang mungkin timbul akibat kerusakan otak adalah alzeheimer, parkinson, hingga stroke akibat efek jangka panjang menghirup udara tidak sehat.

Parahnya lagi efek negatif ini juga bisa mengintai anak-anak sejak dalam kandungan.

Kualitas udara Tangerang Selatan yang penuh polusi membuat warganya berpotensi terkena penyakit influenza, rhinitis, sakit jantung, paru-paru dan penuaan dini.

Bahkan, bahaya yang lebih parah efek dari menghirup udara tidak sehat terus-menerus adalah terkena pneumonia, kanker paru-paru, dan penyumbatan darah.

Kualita udara Tangerang Selatan yang buruk sangat berbahaya untuk ibu hamil karena bisa mengakibatkan kelahiran prematur.

Kualitas Udara Tangerang Selatan Buruk Hindari Olahraga di Luar Ruangan.

Berolahraga memang menjadi suatu kegiatan yang baik untuk kesehatan, namun apa jadinya jika seseorang melakukan olahrga di area yang terpapar polusi.

Berdasakan hasil studi Universitas National Seoul, individu yang berolahraga di lingkungan dengan tingkat PM 2.5 di atas 26 µg/m³ lebih berisiko terkena penyakit jantung.

Penelitian tersebut menunjukan bahwa orang tersebut berisiko terkena penyakit jantung lebih tinggi 33 persen dari individu yang sama sekali tidak berolahraga.

Sedangkan rata-rata kualitas udara Tangerang Selatan, Bogor, Bandung Raya, DKI Jakarta, hingga Yogyakarta melampaui batas normal selama tiga bulan belakangan.

Maka, untuk warga Tangsel khusunya Serpong yang saat ini kualitas udara di wilayahnya terburuk dianjurkan untuk tidak berolahraga di luar ruangan.

Menurut Nafas, kita tetap perlu berolahraga tapi dengan memperhatikan waktu yang terpat ketika tingkat PM 2.5 sedang rendah.

Sebelum berolahraga ada baiknya warga Tangsel memperharikan hal berikut:

  • Cari waktu yang pas ketika tingkat polusi terpantau rendah.
  • Ketika olahraga di area terbuka persingkat durasinya.
  • Gunakan masker untuk mengurangi paparan langsung PM 2.5.
Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife