TANGSELIFE.COM – Kualitas udara Tangsel (Tangerang Selatan) menjadi polusi udara terburuk selama tiga bulan terakhir.
Nafas sebagai perusahaan kualitas udara berbasis teknologi memberikan laporan terkait polusi udara terburuk Indonesia sepanjang Juli 2023.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, rata-rata PM 2,5 bulan Juli 2023 mengalami peningkatan dari 56 µg/m³ menjadi 60 µg/m³.
Angka ini menunjukkan kalau kualitas udara Tangsel lebih buruk 28 persen dibandingkan DKI Jakarta.
Beradasarkan panatauan Nafas sepanjang bulan Juli 2023, diketahui kalau wilayah Serpong, Tangerang Selatan adalah lokasi paling berpolusi di Indonesia dengan rata-rata PM 2,5 yang dihasilkan sebesar 80 µg/m³.
Angka ini ditandai dengan kode warna merah yang memiliki arti tidak sehat untuk semua orang.
Wilayah Tangsel lainnya yang masuk dalam 10 lokasi dengan kualitas udara buruk, seperti Babakan dan Pamulang.
Sementara itu kota lain yang masuk dalam sepuluh lokasi dengan kualitas terburuk setelah Tangsel adalah Bekasi (79 µg/m³), Bogor (70 µg/m³), Depok (68 µg/m³), Tangerang, Jakarta Timur, Bogor, dan Jakarta Barat.
Data kualitas udara Tangsel yang diperoleh Nafas berasal dari low cost sensor yang sudah tersebar di lebih dari 180 titik lokasi dan merepresentasikan cakupan wilayah 1 sampai 2 kilometer dari lokasi sensor terpasang.
Kualitas Udara Tangsel Membuat Warganya Seperti Mengisap 112 Rokok per Bulan
Selanjutnya, Nafas juga mengungkap kalau kualitas buruk Tangsel, khususnya di Serpong membuat warganya seperti mengisap 112 rokok per bulan.
Pengukuran jumlah ekuivalen rokok diukur berdasarkan rata-rata polusi PM 2,5 dalam sehari 22 µg/m³ setara dengan satu batang rokok.
Bahaya Kualitas Udara Buruk Bagi Kesehatan
Untuk mengetahui bahaya kualitas udara buruk bagi kesehatan, ketahui terlebih dahulu penjelasan mengenai PM 2,5.
Seperti yang dijelaskan oleh Nafas, PM 2,5 merupakan partikel padat polusi udara yang berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau 36x lebih kecil dari diameter sebutir pasir.
Jelas PM 2,5 ini berbahaya bagi kesehatan karena ukurannya yang kecil membuat partikel polusi tersebut tidak bisa disaring oleh tubuh.
Polusi PM 2,5 bisa menimbulkan masalah kesehatan, seperti kelahiran prematur, asma, batuk dan sesak napas, jantung koroner, diabetes, sampai kanker paru-paru.
Dampak dari polusi udara ini bisa mengancam semua bagian organ tubuh manusia.
Jangka pendeknya bisa menyerang otak, hidung, jantung, paru-paru, dan kulit. Sementara untuk jangka panjang bisa menyerang otak, paru-paru, rahim, dan penyumbatan darah di seluruh tubuh.
Karena banyaknya polusi udara juga membuat aktivitas olahraga lari di luar ruangan menjadi terhambat.
Studi Seoul National University menunjukkan orang yang olahraga rutin selama 10 tahun di luar ruangan dengan PM 2,5 di atas 26 µg/m³ berisiko terkena penyakit jantung 33 persen lebih tinggi dibandingkan yang tidak berolahraga sama sekali.
Nafas sendiri tak merekomendasikan untuk berolahraga di luar ketika kualitas udara sedang buruk.
Jika tetap ingin melakukannya, cobalah untuk cari waktu dan tempat yang tingkat polusinya rendah, persingkat durasi olahraga, dan menggunakan masker untuk mengurangi paparan polusi PM 2,5.
Ini yang Harus Dilakukan Warga untuk Meminimalisir Kualitas Udara Tangsel
Sebagian besar polusi udara ini berasal dari aktivitas manusia, seperti asap pabrik, pembakaran sampah, kendaraan, sampai fogging nyamuk.
Ada juga yang bersumber dari alam, misalnya gunung meletus.
Polusi udara sendiri bisa berubah dengan cepat dan bisa meningkat saat ada sumber polusi di wilayah tersebut, apalagi jika kondisi atmosfernya mendukung
Angin bisa saja membawa polutan jauh dari sumber asalnya, dari satu wilayah ke wilayah yang lain.
Beberapa cara yang bisa dilakukan warga untuk meminimalisir kualitas udara Tangsel, antara lain mengurangi pemakaian bahan yang sulit terurai, mengurangi aktivitas pembakaran sampah, menggunakan produk ramah lingkungan.
Warga Tangerang Selatan juga bisa mencoba aktivitas daur ulang sampah dan menanam pohon.
Studi US EPA menyatakan, pohon hanya berkontribusi 0.24 persen dalam menghilangkan PM 2,5 di udara. Dari peta satelit sendiri Tangerang Selatan adalah wilayah yang memiliki banyak area hijau, terutama di sisi barat.
Berdasarkan laporan Nafas pada Mei 2023, Tangerang Selatan merupakan daerah yang identik dengan residensial asri, namun tingkat polusinya masih terpantau tinggi.
Oleh karenanya, penghijauan saja tidak cukup untuk mengubah kualitas udara Tangsel.