TANGSELIFE.COM – Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas menilai sistem transportasi publik di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) saat ini dalam keadaan buruk.
Bukan tanpa sebab, penilaian ia tentang buruknya sistem transportasi publik di Kota Tangsel lantaran minimnya pelayanan dan ketersediaan moda angkutan kota yang dapat digunakan untuk menunjang aktivitas masyarakat.
Menurutnya, sejauh ini Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel belum menunjukan komitmen seriusnya untuk mengembangkan sistem transportasi massal yang memadai.
“Jadi kalau anda tanya bagaimana kondisi angkutan umum di Tangsel ya itu buruk, karena pemerintah daerahnya tidak komit untuk membangun angkutan umum massal,” kata Darmaningtyas kepada Tangselife.com, Selasa, 12 Desember 2023.
Darmaningtyas menyebut, Tangsel sebagai salah satu kota penyangga DKI Jakarta seharusnya memiliki sistem transportasi yang memadai.
Bahkan ia mengungkapkan, minimnya komitmen Pemkot Tangsel untuk mempunyai sistem transportasi publik bahkan terlihat sejak Kota Tangsel dipimpin oleh Airin Rachmi Diany.
Menurutnya, jika memang Kota Tangsel memiliki permasalahan dari segi ketersediaan anggaran, hal itu bisa dibicarakan dengan Pemerintah Pusat untuk membangun sistem transportasi yang terintegrasi.
Alumni Universitas Gajah Mada (UGM) itupun menerangkan, dengan terbangunnya sistem transportasi publik yang memadai dan terintegrasi, ia yakin masalah kemacetan yang saat ini masih menghantui Kota Tangsel dapat teratasi.
Ia menyebut, salah satu moda transportasi publik yang masih memungkinkan untuk dikembangkan Kota Tangsel adalah Bus Rapid Transit atau BRT.
“Kalau bus bisa dipindah-pindah sesuai dengan tingkat keramaian kota, jadi misal suatu ketika daerah tersebut mulai turun dan daerah lain ramai, jalurnya bisa dipindah kesana,” terangnya.
Darmaningtyas pun membandingkan Kota Tangsel dengan Kota Tangerang yang telah berupaya membangun sistem transportasi publik di daerahnya.
“Itukan menandakan pemerintah kota nya memiliki komitmen untuk membangun angkutan umum, ada subsidi yang digelontorkan oleh Pemkot Tangerang untuk operasionalnya bus Tayo itu,” ujarnya.
Pria yang juga merupakan pendiri Institut Studi Transportasi (Instran) itupun turut menyoroti kondisi angkutan kota (angkot) di Kota Tangsel yang saat ini belum mampu memaksimalkan perannya untuk mengurangi volume kendaraan di jalan.
Terlebih, banyak armada angkot yang memiliki rute antar wilayah di dalam Kota Tangsel saat ini yang kondisinya cukup memperihatinkan.
“Misalnya angkot-angkot itu disulap menjadi bus sedang dan ber AC, itu baru akan menarik, terus gak boleh ngetem lagi,” ujarnya.
“Itu konsekuensinya pemerintah memeberikan layanan, memberi layanan sehingga angkutan itu beroperasi dengan menggunakan standar pelayanan tidak suka-sukanya saja,” pungkas Darmaningtyas. (Andre Pradana)