TANGSELIFE.COM – Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman Dipecat dari jabatanya, lantaran melontarkan kritik keras terhadap pendemo Pro-Palestina.
Perombakan kabinet tersebut dilakukan langsung oleh Perdana Menteri, Rishi Sunak, di Kabinet Inggris.
Pemecatan Suella Braverman terjadi lantaran wanita berusia 43 tahun itu, menuduh polisi terlalu lunak terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina.
“Merupakan hak istimewa terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri,” kata Braverman sesaat setelah kabar pemecatannya terdengar.
“Saya akan menyampaikan lebih banyak hal pada waktunya nanti,” tambahnya.
Sunak sendiri telah mendapat tekanan yang semakin besar untuk memecat Braverman, seorang tokoh sayap kanan yang vokal.
Setelah banyak pihak menuduhnya meningkatkan ketegangan selama berminggu-minggu atas demonstrasi pro-Palestina yang kontroversial dan protes balasan yang terjadi di Inggris.
Braverman, yang ditunjuk pada jabatan tersebut ketika Sunak menjadi perdana menteri pada 25 Oktober 2022, digantikan oleh Menteri Luar Negeri James Cleverly.
Adapun posisi Cleverly yang ditinggalkan tersebut akan diisi oleh mantan PM Inggris David Cameron.
Suella Braverman Picu Kontroversi
Braverman sendiri telah memicu kontroversi selama masa jabatannya. Ia kerap keras terhadap imigrasi dan isu perang budara, yang dianggap kerap memecah belah pemilih.
Tokoh sayap kanan tersebut menyerang para pengkritiknya dengan menyebutnya sebagai “wokerati pemakan tahu” yang liberal tak lama setelah dia dilantik.
Ia bahkan mengatakan bahwa mengirim pencari suaka ke Rwanda adalah “impian” dan “obsesinya”.
Namun posisinya makin tidak dapat dipertahankan setelah pekan lalu dia menulis artikel surat kabar yang menuduh polisi bias terhadap kelompok sayap kiri.
Artikel tersebut disebut-sebut diterbitkan tanpa persetujuan Sunak sebagai PM Inggris.
Hal ini dituding memicu ketegangan menjelang protes akhir pekan atas perang Israel di Gaza, yang disertai dengan kekerasan oleh kelompok sayap kanan yang kontra-demonstran.
Akibat artikelnya, muncul dorongan seruan agar dia dipecat dari jabatannya.