TANGSELIFE.COM– Peringatan musim kemarau diberikan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) untuk sebagian daerah Provinsi Banten.

Terutama wilayah Tangerang Raya yang terdiri dari Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akan mengalami musim kemarau lebih kering.

Karena itu, BMKG mengimbau agar warga siaga menghadapi musim kemarau yang lebih panjang yang berdampak pada kekurangan air.

Itu terjadi dampak kombinasi fenomena El Nino dan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia bagian barat dan timur (IOD/Indian Ocean Dipole) yang diprediksi terjadi pada semester II tahun ini.

Akibat fenomena alam itu berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau mulai awal pertengahan tahun ini.

Bahkan, sebagian wilayah Banten diprediksi akan mengalami curah hujan lebih kering dalam rata-rata tiga dekade terakhir.

“Pengamatan El Nino dan IOD menunjukan penurunan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Banten,” terang Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II, Hartanto dalam keterangan resminya dikutip Jumat, 2 Juni 2023.

Dia juga mengatakan berdasarkan monitoring awal musim kemarau Dasarian II mulai akhir bulan Mei ini, Provinsi Banten bagian utara sudah memasuki musim kemarau.

Adapun daerah yang memasuki musim kemarau adalah Kota Cilegon, Kabupaten Serang bagian utara, Kota Serang bagian utara.

Untuk wilayah Tangerang Raya yakni Kota Tangerang bagian selatan, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang bagian tenggara, Kabupaten Tangerang bagian utara, dan Kota Tangerang bagian utara.

Hartanto juga mengatakan pada masa transisi musim, wilayah yang sudah maupun belum memasuki musim kemarau masih dimungkinkan terjadi hujan dalam skala harian hingga mingguan.

Hujan terjadi, terangnya juga, dipengaruhi oleh aktifnya variabilitas iklim sub-musiman berupa penjalaran gelombang tropis ekuatorial.

Selain itu juga, hujan terjadi karena disebabkan suhu permukaan laut sekitar yang masih hangat dan ketersediaan uap air di atmosfer masih cukup.

Sedangkan kondisi hujan bulanan pada periode bulan Juni hingga Oktober untuk wilayah Banten diprakirakan berada pada kategori cukup rendah (0-100 mm/bulan).

Adapun periode puncak musim kemarau tahun ini diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus dengan peluang kejadian curah hujan di bawah normal atau kategori lebih kering dari biasanya.

Selanjutnya, pada periode musim kemarau, khususnya pada puncak musim kemarau harus diwaspadai adanya potensi kekeringan di sejumlah wilayah Provinsi Banten.

“Masyarakat harus waspada musim kemarau yang lebih kering dibandingkan musim kemarau dalam rata-rata tiga dekade terakhir atau sejak 1990-an,” katanya juga.

Karena itu, Hartanto menyarankan perlu dilakukan upaya mengurangi risiko bencana  kekeringan oleh pemerintah daerah dan masyarakat sebagai bentuk mitigasi.

Seperti akan terjadinya kekurangan air bersih dan gagal panen yang bisa memicu terganggunya ketahanan pangan.

“Masyarakat tidak perlu panik dengan isu El Nino namun tetap mengikuti perkembangan informasi iklim dari BMKG,” tandasnya.

Ini Kata Ahli Iklim Cara Mengatasi Musim Kemarau

Sementara itu, pakar iklim dan bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) Emilya Nurjani meminta pemerintah daerah dan masyarakat melakukan langkah mitigasi menghadapi musim kemarau.

Mitigasi itu harus dilakukan menyusul bakal terjadinya kemarau lebih kerig disertai potensi El Nino yang terjadi di sejumlah daerah, termasuk di Provinsi Banten.

“Salah satunya dengan pemanfaatan sumber air yang efektif dan efisien saat terjadinya musim kemarau,” terangnya belum lama ini.

Langkah mitigasi lainnya yang bisa dilakukan dengan membuat sumber air berupa embung, bendung yang dapat dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik dan pertanian.

Selain itu masyarakat juga perlu bisa melakukan rain water harvesting dari atap rumah yang ditampung ke sumur gali, sumur resapan, tandon air saat musim hujan yang masih terjadi saat ini. 

Air hujan ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik atau rumah tangga saat terjadinya musim kemarau tersebut.