TANGSELIFE.COM – Sejumlah wilayah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai merasakan kekeringan akibat dampak musim kemarau yang berkepanjangan.
Sebagian masyarakat yang menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari mulai kesulitan mendapat air bersih lantaran sumur-sumur sudah mulai mengering.
Kondisi tersebut juga turut dialami oleh masyarakat yang kesehariannya menggunakan dari PAM atau Perusahaan Air Minum.
BUMD khusus air minum milik Pemkot Tangsel, Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS) dikabarkan suplai air untuk pelanggan sedikit mengalami gangguan.
Direktur Utama Perseroda PITS, Tubagus Hendra Suherman, menyebut gangguan tersebut disebabkan karena debit air di aliran Sungai Angke mengalami penurunan.
“Debit air dari aliran Sungai Angke memang sudah mulai mengecil, namun pasokan air bersih untuk masyarakat tetap aman,” kata Hendra, kepada Tangselife.com, Jumat, 13 Oktober 2023.
Hendra menjelaskan, Perseroda PITS memiliki kapasitas maksimal 200 Liter Per Second (LPS), namun saat ini proses pendistribusian baru di angka 60 LPS.
“60 liter per detik itu kami distribusikan kepada 6.700 pelanggan yang tersebar di Kecamatan Pamulang, Ciputat dan Ciputat Timur,” terangnya.
“Selain sambungan rumah, kami juga mendistribusikan untuk unit usaha sosial dan unit usaha besar seperti apartemen dan pertokoan,” lanjut Hendra.
Hendra mengungkapkan, pihaknya sendiri telah menjali komunikasi dengan Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (Perumdam TKR) yang berada di Kabupaten Tangerang untuk membantu pasokan air.
Hal itu sebagai langkah antisipasi jika nantinya pasokan air Perseroda PITS tidak mencukupi akibat musim kemarau berkepanjangan terus berlanjut.
“Saat ini sumber air kita hanya satu yaitu sungai angke, kami berharap segera turun hujan, namun jika kemarau berkepanjangan terus berlanjut kami sudah siapkan beberapa langkah antisipasi,” ujarnya.
Kandungan Unsur Logam dalam Air Meningkat, Perlu Treatment Khusus
Salah seorang peneliti air Perseroda PITS, Andhika menjelaskan, mengecilnya jumlah debit air dari aliran sungai angke juga membawa dampak bagi kualitas air baku.
Salah satu dampak yang dihasilkan yaitu meningkatnya kandungan kadar mangan dalam air baku.
Mangan sendiri adalah salah satu unsur logam yang sering dijumpai di kulit bumi dan sering terdapat bersamaan dengan besi.
Dikatakan Andhika, setelah mengetahui kandungan kadar mangan dalam air baku meningkat, dipihaknya selalu memberikan treatment khusus sebelum air didistribusikan kepada masyarakat.
Andhika menjelaskan, salah satu treatment yang dilakukan yaitu dengan memberikan senyawa kalium permanganat.
Kalium permanganat merupakan suatu senyawa kimia yang berfungsi untuk mengurangi kadar mangan dalam air baku sehingga layak dikonsumsi masyarakat.
“Jika kadar mangan-nya tinggi kita treatment dulu sampai betul-betul kadar mangannya ini di bawah ambang batas yang diperbolehkan,” jelas Andhika, saat ditemui di Laboratorium Perseroda PITS.
“Proses treatment untuk menekan kandungan kadar mangan dalam air baku membutuhkan waktu kurang dari 3 jam, jadi sedikit mengganggu proses distribusi air ke pelanggan,” pungkasnya. (Andre)