TANGSELIFE.COM – Jajaran rumah megah yang terletak di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah menarik perhatian warganet.
Fakta yang mengejutkan adalah rumah-rumah tersebut rupanya milik tukang bakso hingga tukang jamu.
Kabar yang ramai diperbincangkan ini rupanya sudah lama muncul.
Salah satu kanal YouTube bernama Ardhiansah Rahmiyarno berkeliling ke ‘kampung rumah mewah’ di Wonogiri itu.
Dalam tayangannya, tampak beberapa rumah megah saling bertetangga di desa tersebut.
Sebagian besar rumah tersebut merupakan bangunan lantai dua dengan lahan yang cukup luas.
Terlihat bahwa sekitar desa tersebut adalah kawasan yang cukup padat penduduk.
Meskipun begitu, suasananya masih terasa sejuk lantaran memiliki banyak pepohonan yang cukup rindang.
Diketahui bahwa rumah megah tersebut rupanya milik seseorang yang berprofesi sebagai tukang bakso yang sebagian besar merupakan warga asli Wonogiri.
Mereka merantau ke Jakarta dengan berjualan bakso untuk mencari penghasilan dan menetap di sebuah kios atau rumah kontrak.
Rumah megah tersebut mereka bangun atas hasil jerih payahnya dari berjualan bakso di Jakarta.
Meskipun telah menginjakkan kaki di Ibu Kota, para pedagang seakan tak ingin meninggalkan kampung halamannya.
Oleh karena itu mereka membangun hunian yang nyaman di kampung halaman tersebut.
Di siang hari, rumah-rumah megah yang berjejer terlihat sepi bak tak ada penghuni.
Para pemilik rumah memang mengosongkan rumah tersebut, lantaran mereka sedang berada di Jakarta.
Desa Bubakan akan ramai ketika para perantau kembali ke kampung halaman saat Hari Raya atau pun acara besar yang mereka selenggarakan seperti pernikahan.
Walaupun huniannya ditinggal merantau, tetapi rumah megah tersebut masih terawat karena memang dirawat dan dijaga oleh saudara yang tinggal di sekitar huniannya.
Biasanya rumah antar-saudara di Wonogiri memang saling berdekatan, jadi sedikit lebih mudah untuk menjaga rumah yang ditinggalkan.
Sebelum Ada Rumah Megah, Dulunya Merupakan Desa Tertinggal
Desa Bubakan yang kini dikenal sebagai desa elit karena jajaran rumah megahnya, ternyata berbanding terbalik dengan kisah di masa lampau.
Sebelum itu, desa ini adalah desa tertinggal dengan mata pencaharian utama masyarakatnya sebagai petani.
Baru pada tahun 1980-an pengusaha asal Sukoharjo bernama Mbah Joyo mengajak beberapa warga desa untuk merantau.
Beberapa warga itu dipekerjakan sebagai penjual jamu, bakso, hingga menunggu cabang milik Mbah Joyo.
Setelah belajar cara membuat dan berjualan jamu, mereka kemudian membuka usaha mereka sendiri.
Saat melakukan usaha tersebut, mereka saling bahu membahu mengajak warga desa yang lain untuk bekerja di warungnya.
Dari sini lah warga awal mula Desa Bubakan menjadi kawasan elit yang dihuni oleh para juragan bakso dan jamu.
Kesuksesan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi sampai saat ini.