TANGSELIFE.COM – Kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara, seperti Indonesia dan Singapura, disebut-sebut dipicu oleh varian Eris EG.5.
Varian EG.5 adalah cabang dari Omicron dan turunan dari sublineage XBB.
Subvarian yang menyebar cepat, dijuluki ‘Eris’ ini kini menjadi jenis Covid-19 yang dominan di seluruh dunia.
EG.5 adalah turunan dari XBB.1.9.2, dengan mutasi ekstra pada protein spikenya.
Jika lihat dari urutannya, EG.5 sangat mirip dengan varian XBB lain yang beredar saat ini, dengan beberapa perubahan kecil.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan Eris EG.5 ke dalam daftar varian yang dipantau pada 19 Juli 2023.
Namun, varian ini pertama kali terdeteksi pada Februari 2023.
Selanjutnya, pada 9 Agustus, WHO mengklasifikasikan Eris EG.5 sebagai ‘Variant of Interest’.
Gejala Eris EG.5 Tak Lebih Berat Dibandingkan Varian Lainnya
Gejala Covid-19 dengan infeksi varian EG.5 nyaris mirip dengan varian Corona yang merebak sebelumnya.
Hanya saja, orang yang terkena varian ini mungkin telah mengalami penurunan titer antibodi lantaran tingkat proteksi vaksin Covid-19 memang menurun dalam waktu beberapa bulan.
“Terutama Omicron BA.4 dan BA.5 selain hidung meler, juga nyeri tenggorokan. Gejala nyeri otot, nyeri badan, enggak enak badan adalah gejala umum. Hampir sama semua Covid-19 itu terjadi. Jadi gejalanya nggak terlalu berbeda, mirip-mirip saja,” terang dr Erlina Burhan, SpP(K) selaku Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dikhawatirkan Menular Lebih Cepat
Sebenarnya, varian EG.5 mirip dengan varian Omicron yang menyebar sebelumnya.
Dengan begitu varian ini relatif mudah menular, bahkan ada kemungkinan EG.5 lebih mudah menular dibandingkan varian XBB lainnya.
Meskipun belum ada alasan yang diketahui pasti di balik dugaan tersebut, WHO memang sempat menyebut EG.5 memiliki sifat pelepasan kekebalan lebih tinggi dibandingkan varian lainnya.
“EG.5 dapat menyebabkan peningkatan kejadian kasus dan menjadi dominan di beberapa negara atau bahkan secara global,” ungkap WHO dalam sebuah laporan.
Sudah hadir di Indonesia sejak Juli 2023
Menurut dr Erlina, ada banyak faktor yang menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.
Kali ini bukan hanya disebabkan varian EG.5, melainkan karena antibodi yang menurun pada masyarakat, bersamaan dengan tingginya mobilitas dan interaksi tatap muka.
“EG.5 sudah ditemukan di Indonesia sejak Juli, bahkan angkanya menyentuh 20 persen saat variannya adalah EG.5. Tapi kan gejalanya ringan-ringan saja tidak ada lonjakan kasus, (tidak ada) lonjakan perawatan di rumah sakit,” tutur dr Erlina.
Perbedaan Varian Covid-19 BA.2.86 dan Eris EG.5
Varian BA.2.86 atau dikenal dengan varian Pirola merupakan garis keturunan baru yang bisa bermutasi tinggi dan menyebabkan infeksi Covid-19.
Varian ini pertama kali terdeteksi pada akhir Juli 2023 di Amerika Serikat, kemudian ditemukan juga di Inggris, Israel, dan Denmark.
Varian BA.2.86 berasal dari cabang awal virus corona, sehingga berbeda dengan varian yang ditargetkan oleh vaksin saat ini.
Lantas, apa perbedaan varian Covid-19 BA.2.86 dan Eris EG.5?
Perbedaan dari segi karakteristik
Varian BA.2.86 memiliki 36 mutasi yang membedakannya dari varian XBB.1.5 yang saat ini dominan.
Dari 36 mutasi tersebut, 14 terdapat pada protein lonjakan (S), yang dapat memengaruhi kemampuan virus untuk menempel dan masuk ke sel manusia.
Beberapa mutasi pada varian BA.2.86 juga ditemukan pada varian lain, seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta, yang diketahui lebih menular serta berbahaya.
Varian Eris EG.5 memiliki 18 mutasi yang membedakannya dengan varian Omicron.
Dari 18 mutasi tersebut, 10 terdapat pada protein lonjakan (S), yang dapat memengaruhi kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh.
Beberapa mutasi pada varian Eris EG.5 juga ditemukan pada varian lain, seperti Beta, Gamma, dan Delta, yang diketahui lebih resisten terhadap vaksin dan obat.
Perbedaan dari segi penyebaran
Varian BA.2.86 belum diketahui seberapa mudah menular atau berbahaya dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Varian ini baru terdeteksi di empat negara, yakni Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan Denmark.
Pada Agustus 2023 lalu, varian tersebut ditetapkan sebagai variants under monitoring (VUM) oleh WHO.
Varian EG.5 diduga sedikit lebih menular daripada Omicron, tetapi tidak menyebabkan gelombang baru.
Varian ini sudah menyebar di 51 negara, antara lain Amerika Serikat, Republik Korea, Jepang, Kanada, Australia, Singapura, Inggris Raya, Prancis, Portugal, Spanyol, dan Indonesia.
Sejak Juli 2023, EG.5 sudah ditetapkan sebagai variants of interest (VOI) dan masih dalam tahap investigasi.
Perbedaan dari segi dampaknya
Sampai saat ini belum jelas seberapa parah gejala atau seberapa besar risiko kematian yang mungkin disebabkan oleh varian BA.2.86. Selain itu, belum diketahui seberapa baik vaksin dan obat yang sudah ada dapat melawan varian ini.
Para ahli sedang melakukan penelitian untuk mencari tahu informasi tersebut.
Varian Eris EG.5 diduga menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada Omicron, tetapi masih memerlukan perawatan medis apabila terjadi komplikasi.
Varian ini juga masih bisa dicegah oleh vaksin booster dan obat yang ada, meskipun dengan tingkat perlindungan yang lebih rendah daripada varian sebelumnya.
Para ahli masih melakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal tersebut.
Perbedaan dari segi pencegahan
Varian BA.2.86. dan Eris EG.5 bisa dicegah dengan cara yang sama seperti varian Covid-19 lainnya, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan.
Masyarakat harus memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
Selain itu, vaksinasi juga penting guna meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko terinfeksi atau mengalami gejala berat.
Jika merasakan gejala Covid-19, segera lakukan isolasi mandiri dan konsultasi dengan dokter.