TANGSELIFE.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) kini telah memiliki teknologi pengelola sampah berbasis Hydrodrive Incinerator di ITF Pondok Aren.
Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan mengklaim, teknologi tersebut dapat mengeklaim mengelola hingga 60 ton sampah per hari.
Pilar mengungkapkan, teknologi pengolahan sampah itu merupakan salah satu langkah strategis dalam penanganan sampah yang ada di Kota Tangsel.
“Pembuatan, perakitan, dan pembangunan Incinerator ini telah berlangsung selama 6 bulan, dan Alhamdulillah telah rampung dan siap beroperasi untuk menangani timbulan sampah rumah tangga dan area komersil di wilayah Pondok Aren,” kata Pilar Saga Ichsan.
Pilar menjelaskan, sampah yang masuk ke area ITF Pondok Aren akan dipisahkan menggunakan alat pemisah organik dan non-organik.
Nantinya sampah organik akan dimanfaatkan untuk menjadi pupuk atau bahan pangan magot, sedangkan sampah non-organik akan dipilah, dimana yang masih bisa bernilai jual akan dipisahkan.
Seluruh sampah yang tidak dapat diolah akan masuk kedalam mesin dryer untuk dikeringkan hingga moisture sebesar 20%. Lalu kemudian dimasukan kedalam boiler dengan media pemanasan air, hingga sampah tersebut musnah.
‘Bottom ash’ akan dikumpulkan dan ‘fly ash’ akan ditangkap melalui alat smoke trap, agar nantinya kedua residu ini dapat dimanfaatkan menjadi campuran batako atau pengikat asphalt.
“Jadi asap yang keluar dari cerobong atau chimney bersih, terbebas dari partikel berbahaya yang dapat menjadi polusi dan teknologi ini telah memiliki sertifikat kelayakan dari Kementrian Lingkungan Hidup,” ungkapnya.
“Incinerator ini merupakan pilot project 2 kami dalam mewujudkan teknologi penanganan sampah. Yang dimana saat ini kami sedang mempersiapkan lelang investasi PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) di TPA Cipeucang dengan kapasitas sampah 1.100 Ton per hari dan mendukung terwujudnya listrik berbasis energi terbarukan,” tambah Pilar.
Pilar menerangkan, penanganan sampah di Kota Tangsel memang tidak sederhana, oleh karena itu perlu dilakukan dari hulu ke hilir.
“Di hulu perlunya dukungan masyarakat dalam pemilahan sampah dan aktivasi Bank Sampah di setiap RW dan di hilir diperlukan teknologi tepat guna agar sampah kedepan tidak lagi dibuang di sanitary landfill, yang seringkali akan menimbulkan masalah lingkungan, kesehatan, dan sosial,” pungkasnya. (Andre)