TANGSELIFE.COM– Pertanyaan terkait hewan kurban akan menjadi kendaraan umat muslim ketika di akhirat memang kerap menjadi tanda tanya untuk banyak orang.
Lebih spesifik, banyak yang mempertanyakan kebenaran hewan kurban yang akan jadi kendaraan untuk membantu manusia melintasi jembatan Shiratal Mustaqim.
Bahkan, pertanyaan seperti ini juga kerap ditanyakan oleh seorang jemaah kepada Ustadz Adi Hidayat atau dikenal dengan UAH.
Melalui kanal YouTube pribadinya Adi Hidayat Official menanggapi pertanyaan tersebut untuk menjawab kebingungan dan keresahan banyak orang.

Benarkah Hewan Kurban yang Disembelih Umat Muslim Bakal Menjadi Kendaraannya di Akhirat? Berikut Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Hadis yang menjelaskan persoalan tentang hewan kurban yang menjadi kendaraan umat muslim ketika di akhirat menurut UAH masih tergolong lemah, bahkan sebagian lainnya tidak memiliki asal.
“Seluruh riwayat-riwayat ini persoalannya dinilai oleh para ulama-ulama pakar dibidang ahli hadis sebagai riwayat-riwayat yang sangat lemah,” penjelasan UAH dalam video YouTube-nya.
” Bahkan sebagian di antaranya tidak memiliki asal. Sehingga disebut hadist-hadist yang bermasalah,” jelasnya.
Beberapa ulama yang juga turut mengomentari kualitas hadis tersebut adalah Ibnu Arabi, Ibnu Hajar al-Asqalani, Al Munawi, dam Imam Suyuti.
Menurut pendapat Ibn al-Arabi Al-Maliki hampir seluruh hadist yang terkait dengan keutamaan penyembelihan korban yang berlebihan, seperti akan dijadikan kendaraan ketika di akhirat nanti, dipandang lemah.
Pakar di bidang hadis seperi Ibnu Hajar al-asqalani, Al-Munawi, dan Imam Sayuti juga menilai bahwa hadist ini sangat lemah sekali.
Namun, sebagian ulama lagi memberikan makna sebenarnya dengan kendaraan melainkan dengan makna majazi.
Jika anjuran untuk mencari hewan kurban harus gemuk dan bagus ini dimaksud agar pahala yang diterima orang yang berkurban semakin banyak, sehingga pahalanya akan membuatnya mudah melewati jembatan shirat.
Sementara, UAH menyimpulkan bahwa makna dari hewan kurban akan menjadi kendaraan kita di akhirat nanti bukanlah makna sebenarnya.
Bisa jadi, kendaraan yang dimaksud adalah sebuah kata kiasan atau majazi. Pasalnya, kata-kata dalam Bahasa Aab seringkali bermakna kiasan.