TANGSELIFE.COM – Belakangan ini tren gaya hidup slow living atau cara hidup melambat mulai banyak diterapkan oleh banyak orang.

Tapi, apakah kita sudah benar-benar memahami makna dari gaya hidup slow living yang sebenarnya?

Meski mengesankan kelambatan, gaya hidup slow living bukan berarti menjalani kehidupan dengan cara berleha-leha, malas atau tidak produktif.

Apa Sih Gaya Hidup Slow Living?

Slow living berkebalikan dengan gaya hidup fast living atau fast paced live, dimana hidup serba cepat dengan aktivitas padat dan teus-menerus.

Sesuai namanya, gaya hidup slow living berarti menjalani konsep hidup dengan menurunkan kecepatan dan lebih fokus menikmati momen saat itu.

Alih-alih berusaha melakukan sesuatu dengan lebih cepat, slow living berorientasi dan lebih fokus terhadap melakukan sesuatu lebih baik.

Hal itu berarti memperlambat, melakukan lebih sedikit, dan memprioritaskan waktu yang tepat untuk hal-hal yang paling penting.

Pola pikir slow living menjadikan seseorang menyusun gaya hidup yang lebih bermakna dan sadar, sejalan dengan apa yang paling ia hargai dalam hidup.

Pola pikir slow living mendorong seseorang hidup dalam kesadaran, membuat keputusan yang sadar, dan bertujuan untuk kepentingan kesejahteraan.

Dalam konsep slow living, tidak berlaku anggapan yang mengatakan bahwa sibuk sama dengan sukses atau penting.

Pasalnya berpola pikir lebih lambat berarti mematikan autopilot dan memberi ruang untuk refleksi dan kesadaran diri.

Hidup lambat berpihak pada merayakan kualitas ketimbang kuantitas, hidup dengan niat, sadar dan pertimbangan.

Mengadopsi pola pikir slow living berarti demi hidup lebih baik, bukan lebih cepat.

Apa Saja Contoh Nyata Gaya Hidup Slow Living?

Semakin banyak orang mengakui bahwa lebih cepat tidak selalu lebih baik.

Karenanya secara umum, pola hidup lambat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan sehari-hari, termasuk kegiatan yang meliputi:

– Perjalanan yang lambat

– Mode yang lambat

– Kebugaran yang lambat

– Berkebun yang lambat

– Berita yang lambat

– Kerja yang lambat adalah contoh cabang lebih lanjut dari gerakan hidup yang lambat.

4 langkah penting memulai gaya hidup lambat:

– Bentuk pola pikir hidup lambat dengan menemukan nilai-nilai yang dimiliki.

– Terapkan pola pikir hidup lambat, yakni menerapkan hidup dengan nilai-nilai yang dimiliki.

– Latih momen-momen perlambatan sehari-hari.

– Rasakan manfaat dari gaya hidup yang lebih sadar, yakni terhubung dengan momen hidup lambat yang lebih luas.

Mispersepsi Slow Living

Gaya hidup lambat tak jarang masih disalahpahami oleh banyak orang.

Anggapan-anggapan yang umumnya masih disalahpahami terkait gaya hidup lambat, antara lain:

– Hidup lambat hanya untuk mereka yang tinggal di pedesaan

Slow living adalah pola pikir yang bisa dimiliki semua kalangan, tak terkecuali di pedesaan atau di perkotaan yang akrab dengan keramaian.

– Hidup lambat berarti jauh dari kesuksesan

Slow living tidak bertentangan dengan menjadi sukses atau produktif.

Justru slow living berarti menjalankan ide kesuksesan dengan cara dan poin prioritas yang paling penting bagi seseorang.

– Hidup lambat berarti bebas teknologi

Bukan. Hidup lambat berarti memastikan teknologi melayani, bukan mengganggu atau bahkan memperbudak seseorang.

Dengan pola pikir slow living, seseorang mengakui perlunya waktu henti layar di era digital.

Bermulanya Gerakan Slow Living

Slow living secara umum dimulai pada 1980-an saat Italia menghadapi pembukaan gerai McDonald’s di jantung kota Roma.

Kala itu, Carlo Petrini dan sekelompok aktivis membentuk gerakan Slow Food, sebuah gerakan untuk mempertahankan tradisi makanan daerah.

Di tahun 2004, penulis dan pembicara paling terkenal tentang gerakan lambat, Carl Honoré, mengenalkan konsep slow living secara lebih populer.

Dalam bukunya yang berjudul ‘In Praise of Slowness‘, jurnalis asal Kanada itu mengeksplorasi bagaimana Slow Food mampu memicu gerakan hidup lambat yang lebih luas.

Konsep ‘lambat’ pun diterapkan ke area kehidupan lain yang telah mengalami percepatan besar, termasuk pekerjaan, mengasuh anak, dan rekreasi.

Sejak penerbitan buku, kecepatan hidup yang terus meningkat pun dibarengi dengan kesadaran akan gerakan hidup yang lambat.