TANGSELIFE.COM – Kue keranjang mulai banyak beredar di pasaran jelang perayaan Imlek atau Tahun Baru China.
Imlek diperingati oleh suku Tionghoa di Indonesia, mereka menyambut perayaannya dengan menyiapkan berbagai hal khas Imlek, termasuk hidangan istimewa.
Salah satu makanan yang selalu ada saat Imlek adalah kue keranjang.
Kue keranjang Imlek atau biasa disebut Nian Gao merupakan kue khas ketika perayaan Tahun Baru China.
Kue ini jadi makanan khas Imlek yang berwarna cokelat terbuat dari tepung ketan, air, dan gula, serta memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.
Nian Gao secara harfiah berasal dari kata (Nian) yang berarti lengket. Sedangkan kata Gao berarti kue.
Kue keranjang Imlek digunakan untuk upacara sembahyang leluhur yang dilakukan satu hari sebelum Imlek sampai pada puncaknya malam menjelang Tahun Baru Imlek.
Masyarakat etnis Tionghoa biasa menyantap kue ini lebih dulu sebelum makan nasi.
Hal ini dipercaya oleh masyarakat Tionghoa sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.
Kue keranjang Imlek banyak beredar di pasaran dan dijual dengan harga variatif tergantung penjual dan ukurannya.
Di sejumlah marketplace, kue dengan berat 500 gram dijual mulai dari Rp20.000 sampai Rp40.000.
Asal Usul Kue Keranjang Imlek
Konon, kemunculan kue yang memiliki tekstur seperti dodol ini dikaitkan dengan legenda Dewa Dapur yang dipercaya tinggal di setiap rumah masyarakat Tionghoa sebagai persembahan licik kepada Dewa Dapur.
Menurut legenda, Dewa Dapur ini membuat laporan kepada Kaisar Giok setiap tahun.
Untuk mencegah mereka mengejek rumah mereka, masyarakat menawarkan kue keranjang sebagai simbol tutup mulut.
Oleh sebab itu, kue keranjang disiapkan untuk persembahan sebelum tahun baru Imlek.
Dari cerita lain, kue keranjang Imlek muncul sekitar 2.500 tahun lalu.
Legenda menyebutkan setelah Wu Zixu, jenderal dan politikus kerajaan Wu meninggal, Raja Yue yang bernama Goujian menyerang ibu kota Wu.
Tentara dan penduduk Wu terjebak di sana karena tak ada makanan dan banyak orang mati kelaparan selama pengepungan terjadi.
Sebelum Wu Zixu meninggal, ia pernah mengatakan bahwa tentara bisa menggali tiga kaki di bawah tembok kota jika mereka membutuhkan makanan.
Mengingat pernyataan tersebut, tentara mengikuti arahan dan menemukan bahwa pondasi dinding tersebut terbuat dari batu bata khusus yang dirancang dari tepung beras ketan.
Sampai akhirnya pondasi itu berhasil menyelamatkan banyak orang dari kelaparan.
Sejak itulah, untuk memperingati Wu Zixu, semua orang membuat kue keranjang Imlek setiap tahunnya.
Arti Kue Keranjang Imlek untuk Kemajuan Hidup
Bukan hanya sekadar makanan, pasalnya kue keranjang juga memiliki arti tertentu yang dianggap membawa dampak pada hidup masyarakat Tionghoa.
Dalam bahasa Mandarin, Nian Gao juga berarti tahun tinggi.
Dengan demikian, kue keranjang melambangkan kemajuan hidup yang akan datang tahun depan. Kemajuan ini bisa dalam bentuk gaji, status sosial, atau nilai ujian.
Arti Kue Keranjang Imlek untuk keluarga
Adapun kue keranjang juga punya makna positif yang berdampak pada keluarga yang menyantapnya.
Hal ini terkait dengan bentuk kue keranjang yang bulat, serta tekstur dan rasa manis.
Bentuk kue keranjang yang bulat memiliki arti keluarga yang bersatu, harmonis, dan rukun.
Sementara itu, rasa dari Nian Gao yang manis ini melambangkan bahwa seseorang harus berperilaku dan bertutur kata manis agar saling menguatkan.
Adapun kue keranjang yang lengket memberi arti sebagai upaya sekuat mungkin agar sebuah keluarga tak terpisahkan.