TANGSELIFE.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata dan akan terus berperang.
Benjamin Netanyahu mengatakan pertempuran Israel dalam menghancurkan Hamas yang berkuasa di Gaza akan berlanjut dengan kekuatan penuh.
“Gencatan senjata hanya mungkin dilakukan jika seluruh 239 sandera yang ditahan oleh militan di Gaza dibebaskan,” kata Benjamin Netanyahu.
Saat ini, perang antara Israel-Hamas sejak peristiwa 7 Oktober 2023 itu sudah memasuki minggu keenam.
Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perang melawan Hamas terus dilakukan dengan kekuatan penuh, serta memiliki satu tujuan yaitu menang.
“Tidak ada alternatif lain selain kemenangan,” ujar Benjamin Netanyahu.
Benjamin Netanyahu Ingin Pasukan Militer Israel Bebas Beroperasi di Gaza
Setelah perang, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Gaza akan didemiliterisasi dan Israel akan tetap memegang kendali keamanan di sana.
Maksudnya, lanjut Netanyahu, nantinya pasukan militer Israel harus dapat memasuki Gaza dengan bebas untuk memburu para militan.
Dia pun menolak gagasan bahwa Otoritas Palestina, pengelola wilayah otonom di Tepi Barat yang sedang diduduki Israel, yang mengendalikan Gaza setelah perang.
Padahal sebelumnya gagasan tersebut dilontarkan oleh sekutu terdekat Israel yakni Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan bahwa AS menentang pendudukan kembali Gaza oleh Israel.
Blinken membayangkan sebuah pemerintahan Palestina yang bersatu, baik di Gaza maupun Tepi Barat, pada tahap tertentu sebagai sebuah langkah menuju kenegaraan Palestina.
Militer Israel Tuduh Hamas Mendirikan Posko di Rumah Sakit
Tanpa memberikan bukti, militer Israel menuduh Hamas telah mendirikan pos-pos komando di dalam dan di bawah tanah bangunan rumah sakit, serta menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Tentunya, staf medis di RS Al Shifa membantah tuduhan tersebut dan menyebut Israel tanpa pandang bulu telah melukai warga sipil melalui serangan-serangan.
“Pasukan Israel menembaki siapa saja yang berada di luar maupun di dalam rumah sakit dan mencegah pergerakan antar gedung,” kata Direktur RS Al Shifa, Mohammed Abu Selmia.
Selmia juga bersaksi bahwa fasilitas rumah sakit kehilangan listrik pada hari Sabtu.
Hal tersebut menyebabkan beberapa bayi yang sedang dalam perawatan inkubator meninggal dunia.
“Peralatan medis berhenti. Pasien, terutama mereka yang berada dalam perawatan intensif, mulai meninggal,” ujar Selmia melalui telepon, dengan suara tembakan dan ledakan di latar belakang.
Juru bicara Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan sebanyak enam pasien meninggal di Al Shifa setelah generator dimatikan, termasuk dua anak.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengonfirmasi benar adanya bentrokan di luar rumah sakit Al Shifa.
Dia mengaku pasukan akan membantu pada hari Minggu untuk memindahkan bayi-bayi yang dirawat dan mengatakan ‘kami berbicara secara langsung dan teratur’ dengan staf rumah sakit.
Netanyahu mengatakan bahwa tanggung jawab atas kerugian yang dialami warga sipil berada di tangan Hamas.
Juru bicara Brigade Al Qassam, Abu Obaida, mengakui dalam sebuah audio yang disiarkan di Al Jazeera bahwa pertempuran itu tidak proporsional tetapi menakutkan bagi kekuatan terkuat di wilayah tersebut.
Para militan menyergap pasukan Israel dan bersumpah bahwa Israel akan menghadapi pertempuran yang panjang.
Adapun, militer Israel klaim bahwa para prajuritnya telah bertemu dengan ratusan pejuang Hamas di fasilitas-fasilitas bawah tanah, sekolah-sekolah, masjid-masjid, dan klinik-klinik selama pertempuran.
Israel mengatakan bahwa tujuan utama dari perang ini adalah untuk menghancurkan Hamas, yang telah memerintah Gaza selama 16 tahun.