TANGSELIFE.COM– Gerhana matahari tahun 2023 diperkirakan akan muncul pada Ramadhan 1444 H tahun ini. Para ilmuwan menyebut Gerhana Matahari Hibrida yang bakal mewarnai bulan puasa.

Sementara itu, Gerhana Matahari Hibrida sendiri adalah jenis gerhana matahari langka. Gerhana ini merupakan gempa matahari sebagian yang hanya terlihat sebagai gerhana total di daerah-daerah tertentu pada permukaan bumi dan sebagai gerhana sebagian di daerah-daerah lainnya.

Saat Gerhana Matahari Hibrida, bulan tampaknya tidak cukup besar untuk sepenuhnya menutupi matahari ketika kehancuran terjadi, sehingga menciptakan cincin cahaya matahari yang tampak melingkar di sekitar bulan.

Fenomena Gerhana Matahari Hibrida bisa diamati di Indonesia. Untuk Gerhana Matahari akan terlihat dari bagian timur hingga tengah Indonesia.

Sedangkan daerah Indonesia bagian tengah hingga barat akan mengalami Gerhana Matahari Parsial (sebagian).

Fenomena tersebut diprediksi akan terjadi pada tanggal 20 April 2023 mendatang dengan pembagian waktu yang berbeda pada setiap daerahnya.

Dilansir dari laman Observatorium Bosscha ITB dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Gerhana matahari ini akan menjadi fenomena pemandangan alam yang menakjubkan dan spesial di Bulan Suci Ramadan karena gerhana tersebut jarang terjadi.

Menurut Johan Muhamad, seorang peneliti di Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Gerhana Matahari Hibrida tahun 2023 akan terjadi selama 1 menit 16 detik di wilayah timur Indonesia.

Wilayah-wilayah seperti Kabupaten Fakfak, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Kepulauan Yapen, dan beberapa daerah lain di Papua Barat serta sebagian wilayah Timor Leste akan mengalami gerhana tersebut.

Perkiraan waktu GMT di wilayah tersebut adalah pukul 12.20 WIB atau 10.20 WIB dan puncak letusan akan terjadi pada pukul 13.57 WIB atau 11.57 WIB.

Gerhana matahari, Solar Eclipse, Ramadhan 2023, puasa.
Gerhana matahari langka bakal terjadi di Indonesia, diperkirakan muncul di pertengahan bulan puasa Ramadhan 2023.

Dampak Gerhana Matahari

Eka Maulana, anggota tim Astrografi UB, menjelskan salah satu dampak fenomena Gerhana Matahari Hibrida adalah berkurangnya intensitas radiasi inframerah Matahari yang jatuh ke lapisan ionosfer Bumi.

Dengan demikian, radiasi di atas Bumi, yang terdiri dari sejumlah foton sebagai gelombang elektromagnetik, mengalami penurunan yang sangat banyak.

Perubahan ini dapat mempengaruhi makhluk hidup yang sensitif terhadap perubahan intensitas gelombang elektromagnetik, seperti hewan, burung, dan beberapa jenis tumbuhan tertentu.

Selain itu, fenomena ini dapat berdampak pada perubahan iklim, cuaca, dan fenomena alam lainnya.

“Bahwa adanya fenomena-fenomena ini adalah tanda-tanda alam dari sang Pencipta yang mestinya kita ambil pelajaran serta hikmahnya. Disarankan melihat gerhana matahari dengan filter matahari, sehingga tidak secara langsung radiasi sinar ini mengenai mata kita,” katanya pada Rabu, 22 Maret 2023 lalu.

Cara Mengamati Gerhana Matahari

Jika ingin menikmati gerhana matahari, maka gunakan teleskop yang dilengkapi dengan filter matahari, kaca mata khusus gerhana matahari ataupun kamera DSLR yang dilengkapi filter matahari.

Sangat tidak disarankan untuk melihat matahari secara langsung dengan mata telanjang atau melalui alat bantu optik seperti teropong atau teleskop.

Meskipun hanya satu persen permukaan matahari yang masih bersinar, namun intensitas cahayanya tetap 10 ribu kali lebih terang dari Bulan purnama.

Dengan demikian, melihat matahari secara langsung dapat menyebabkan kerusakan dan gangguan pada jaringan halus mata.

Jika tidak memiliki alat yang memadai untuk memantau GMT 2023, ada cara yang mudah dan aman untuk melihatnya, yaitu dengan membuat bayangan bayangan matahari ke permukaan lain.

Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan celah di antara daun dan cabang pohon untuk melihat bayangan matahari.