TANGSELIFE.COM – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) terus melakukan pengecekan di pasar-pasar yang menjual takjil di seluruh Indonesia.
Hingga kini masih banyak ditemukan takjil yang mengandung bahan berbahaya.
Taruna Ikrar selaku Kepala BPOM RI menyebut ada sejumlah bahan berbahaya yang masih sering dicampur ke dalam takjil yang beredar di pasaran.
Ia banyak menemukan takjil yang mengandung boraks, formalin, rhodamin B, dan methanyl yellow.
Formalin biasanya ditemukan pada makanan berupa mie basah, tahu, ikan segar, dan daging ayam segar.
Ciri-ciri yang mudah dikenali adalah teksturnya tidak lengket, mudah hancur, lebih mengkilat, dan tak dihinggapi lalat.
Sementara itu kandungan boraks kerap ditemukan pada takjil berupa cilok, bakso, lontong, hingga kerupuk rambak.
Ciri-ciri yang mudah dikenali adalah makanan dengan tekstur kenyal, tak lengket, dan tak gampang putus.
Adapun makanan yang mengandung rhodamin B dan methanyl yellow yakni pewarna tekstil yang biasanya memiliki warna mencolok.
Warna merah mencolok untuk rhodamin B dan kuning mencolok untuk methanyl yellow.
Selain itu, banyak memberikan titik-titik warna yang tak merata.
Ikrar mengungkapkan, agenda inspeksi mendadak (sidak) di pasar takjil ini sudah dilakukan mulai sebelum Ramadhan tepat pada 24 Februari 2025.
Pihaknya menggunakan metode sampling dalam mencari apakah ada takjil yang mengandung bahan berbahaya di pasaran atau tidak.
Selain itu, ada juga metode intelijen, yakni BPOM melakukan sidak tanpa menggunakan seragam resmi.
Mereka membeli jajanan di pasar secara random setiap hari dari Sabang sampai Merauke.
Setelah itu, mereka tes satu per satu jajanan di laboratorium berjalan.
Apabila menemukan bahan berbahaya pada makanan yang djual, mereka menegaskan kepada penjual untuk tak lagi menjual produk tersebut.