TANGSELIFE.COM – Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) imbau masyarakat agar mulai waspada terhadap adanya potensi cuaca ekstrem.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BMKG menyatakan bahwa sebagian wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau.

Adapun potensi kekeringan akibat musim kemarau diprediksi berlangsung hingga akhir bulan September 2024, khususnya di wilayah Indonesia sebelah selatan Khatulistiwa.

Kendati sudah masuk musim kemarau, hujan intensitas sedang hingga lebat telah terjadi  di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di wilayah Semarang, Sambas, Sarmi, Ambon, Toli-Toli, Silangit, dan Tanjung Pinang, dalam 24 jam terakhir .

Lebih lanjut, muncul potensi hujan sedang yang disertai kilat/petir turut ‘mengancam’ wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Untuk itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani mengimbau masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana hidrometeorologi, agar tetap waspada potensi cuaca ekstrem meski sebagian besar wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau.

“Dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem dapat meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang,” terang Andri.

Andri menambahkan, potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang pada periode 3-9 Juni 2024 dapat terjadi di sebagian Sumatra, sebagian Jawa bagian barat, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, dan sebagian besar Papua.

Masuk Musim Kemarau, Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

BMKG telah menginformasikan adanya potensi hujan sedang yang disertai kilat/petir di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Kondisi tersebut terjadi akibat beberapa faktor dinamika atmosfer, di antaranya:

– Aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di Jawa bagian barat yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Jawa bagian barat dan termasuk Jabodetabek;

– Pola pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi);

– Suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa;

– Labilitas atmosfer yang tinggi; serta

– Adanya indikasi adveksi dingin dari selatan Jawa, sehingga menyebabkan kelembapan yang tinggi di wilayah pulau Jawa.

Meski sebagian wilayah Indonesia telah memasuki awal musim kemarau, tetapi sebagian wilayah lainnya masih berada di masa peralihan musim.

Pada peralihan musim tersebut, kandungan uap air dan labilitas atmosfer masih tinggi, sehingga dapat memicu pertumbuhan awan-awan hujan yang signifikan.

Oleh karena itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menyatakan, masih terdapat potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan secara signifikan.

Kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut, antara lain:

– Aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO);

– Gelombang ekuatorial Rossby dan Kelvin;

– Adanya pola sirkulasi siklonik; serta

– Potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.

“Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat berlangsung di sebagian wilayah Indonesia hingga 9 Juni 2024,” terang Guswanto.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
Dien
Reporter