TANGSELIFE.COM – Proses pemilihan dan pemungutan suara pada Pemilu 2024 diprakirakan akan memakan waktu yang cukup banyak, pasalnya pada 14 Februari pemilihan akan meliputi 5 kategori pemilihan.

Lamanya proses pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 juga diprakirakan akan membuat para Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) kelalahan.

Hal itu juga terlihat dari proses simulasi Pemilu yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tangerang Selatan (Tangsel) beberapa waktu lalu yaitu proses pemungutan dan penghitungan selesai hingga dini hari.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, potensi kecurangan pada setiap proses Pemilu bisa dilakukan oleh semua pihak.

Namun ia tak menampik bahwa petugas KPPS pada Pemilu yang diprakirakan akan kelelahan makin membuka celah potensi terjadinya kecurangan.

“Kalau saya melihat alasan kelelahan lalu terjadi potensi kecurangan ya mungkin-mungkin saja ada, mungkin-mungkin saja terjadi,” kata Ujang ketika dihubungi Tangselife.com, Selasa, 13 Februari 2024.

Ujang mengungkapkan, kelelahan petugas KPPS pernah terjadi pada Pilpres 2019 lalu yang dikabarkan hingga menyebabkan ratusan petugas meninggal dunia.

Namun ia tak menampik bahwa KPU telah melakukan evaluasi terhadap peristiwa tersebut, hal itu terlihat dari adanya peraturan bahwa petugas KPPS harus melakukan cek kesehatan dan ada batasan usia.

“Misalkan masih terjadi ada kelelahan dan lain sebagainya inikan harus disiasati, misalkan bagaimana dalam satu desa itu anggota KPPS nya bergantian atau seperti apa agar jangan terlalu kelelahan,” tuturnya.

Ujang menyebut, masa kerja yang diprakirakan akan memakan banyak waktu tersebut tentu akan membuat para petugas KPPS kelelahan.

Oleh karena itu, lanjutnya, diperlukan siasat agar para petugas KPPS nantinya tidak kelelahan atau bahkan meninggal dunia.

“Harus ada evaluasi dan perbaikan, seandainya misalkan masih terjadi ada kelelahan dan lain sebagainya inikan harus disiasati, misalkan bagaimana dalam satu desa itu anggota KPPS nya bergantian atau seperti apa agar jangan terlalu kelelahan,” terangnya.

Ujang menyebut, untuk meminimalisir potensi terjadinya kecurangan pada saat pemungutan dan penghitungan suara, ia menghimbau agar masyarakat dapat turut terlibat dalam proses pengawasan.

“Potensi kecurangan ya mungkin ada, tetapi kita tidak boleh menuduh pada kubu tertentu, kan ada saksi harus mengawas, ada pemantau Pemilu, ada masyarakat, tim sukses bisa mengawal proses penghitungan suara di TPS,” ujarnya.

“Lalu ada formulir-formulir yang bisa di foto, jadi soal potensi kecurangan ada, tapi itu bisa kita awasi bersama,” pungkas Ujang Komarudin.

Wivyh
Editor
Andre Pradana
Reporter