TANGSELIFE.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di Korut (Korea Utara) lakukan pertemuan dengan Pimpinan tertingginya Kim Jong Un.

Putin tiba di ibu kota Pyongyang pada Rabu, 19 Juni 2024 pukul 3 pagi waktu setempat.

Putin Tiba di Korut pun langsung disambut pelukan hangat dari Kim Jong Un.

Kunjungan tersebut menjadi kunjungan pertama setelah terakhir Putin ke Korut sejak 24 tahun lalu.

Bahkan Kantor berita Korut KCNA menyebut pertemuan antara kedua pemimpin ini menunjukkan persahabatan dan persatuan antara Korut dengan Rusia.

Terakhir kali Putin ke Korut pada 2000, saat itu Korut masih dipimpin oleh Kim Jong Il, dan membahas isu-isu bilateral serta internasional.

Sedangkan Kim Jong Il pernah mengunjungi Rusia sebanyak tiga kali yaitu pada tahun 2001, 2002, dan 2011.

Pada kunjungan Putin kali ini, Rusia-Korut disebut akan menghasilkan dokumen bersama.

Ajudan Presiden Rusia, Yury Ushakov, mengatakan salah satu dokumen yang akan ditandatangani berupa perjanjian baru soal Kemitraan Strategis Komprehensif Korut-Rusia.

“Dokumen tersebut akan menguraikan prospek kerja sama lebih lanjut, dan mempertimbangkan apa yang terjadi di antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir di bidang politik internasional, ekonomi, maupun keamanan,” ujar Ushakov, dilansir dari TASS.

Sikap Nato Putin Tiba di Korut

Kunjungan Putin ke Korut mendapat perhatian penuh dari aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, bahkan mengaku prihatin mengenai dukungan yang dapat diberikan Rusia untuk program rudal dan nuklir Korut.

Dimana Putin, dalam kunjungan kenegaraan untuk melakukan pembicaraan dengan Kim, berjanji untuk memperdalam hubungan perdagangan dan keamanan dan mendukung Korut melawan Amerika Serikat (AS), sekutu dekat saingan beratnya, Korea Selatan.

Bahkan AS menuduh Korut memasok lusinan rudal balistik dan lebih dari 11.000 kontainer amunisi ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

“Kami tentu prihatin dengan potensi dukungan yang diberikan Rusia kepada Korut dalam mendukung program rudal dan nuklir mereka,” kata Stoltenberg, dikutip dari Reuters, Rabu, 19 Juni 2024.

Dikatakan juga, dukungan China terhadap ekonomi perang Rusia menunjukkan bagaimana tantangan keamanan di Eropa terkait dengan Asia.

Juga menambahkan bahwa pertemuan puncak NATO bulan depan di Washington akan menyaksikan penguatan lebih lanjut kemitraan aliansi tersebut dengan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Jepang.

“Mereka tidak bisa terus menjalin hubungan perdagangan normal dengan negara-negara di Eropa dan pada saat yang sama memicu perang terbesar yang pernah kita saksikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua,” ujar Stoltenberg.

Stoltenberg mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apa konsekuensinya, “tetapi ini harus menjadi masalah yang perlu kita atasi karena tidak mungkin melanjutkan seperti yang kita lakukan saat ini,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Tangselife
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Tangselife
Follow
Sopiyan
Editor
Sopiyan
Reporter