TANGSELIFE.COM– Para tetua adat Baduy Dalam mengirimkan surat resmi kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak terkait permintaan penghilangan sinyal internet dari daerahnya.

Surat tertanggal 1 Juni 2023 yang dilayangkan Kepala Desa Kanekes Saija itu meminta sinyal internet dihilangkan dari daerah diprioritaskan yakni wilayah Baduy Dalam.

Penghilangan internet dari Baduy Dalam itu meliputi kawasan Kampung Cikeusik, Kampung Cibeo, dan Kampung Cikartawana.

Baduy Dalam
Anak-anak suku Baduy Dalam yang ingin dilindungi dari paparan internet yang merusak generasi muda.

Adapun dua poin isi dari surat dari para tetua adat Baduy yang ditujukan kepada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya itu berisi dua poin.

Pertama  permohonan penghapusan sinyal internet, atau mengalihkan pemancar sinyal (tower), agar tidak diarahkan ke wilayah tanah ulayat suku Baduy Dalam dari berbagai arah.

Sehingga tanah ulayat Baduy menjadi wilayah yang bersih dari sinyal internet atau blankspot area internet.

Sedangkan poin kedua, permohonan untuk pembatasan, mengurangi atau menutup aplikasi, program dan konten negatif pada jaringan internet.

“Tujuannya agar internet tidak memengaruhi moral dan akhlak generasi bangsa terutama generasi suku Baduy Dalam,” terang Kepala Desa Kanekes Jaro Saija.

Dia juga mengatakan kalau surat permohonan penghapusan sinyal internet itu dikirim ke pemerintah daerah usai melalui musyawarah dengan Barisan Kolot di Baduy.

Warga Baduy Dalam Keberatan Adanya Dua BTS Pemancar Sinyal Internet

Mereka keberatan dengan adanya dua tower pemancar base transceiver station (BTS) yang memancarkan internet ke tanah ulayat suku Baduy.

“Jadi arahan dari Lembaga Adat Baduy, kalau dua pemancar sinyal internet satu di Cijahe dan kedua di Sobang, sinyalnya diarahkan ke luar Baduy,” ujar Jaro Saija, Kamis, 8 Juni 2023.

Saija juga mengatakan usulan penghapusan sinyal internet itu bertujuan memperkecil pengaruh negatif dari internet kepada warga Baduy Dalam.

“Kalau Baduy Luar, sinyal internet masih dibutuhkan untuk bisnis dan komunikasi. Karena Baduy Luar banyak yang usaha, jadi masih dibutuhkan untuk bisnis online,” paparnya juga.

Selain itu juga, nantinya wisatawan yang berkunjung ke Baduy Dalam tidak bisa menggunakan telepon selular atau smartphone karena ketiadaan sinyal dan internet di daerah tersebut.

“Baduy Dalam nggak boleh seperti itu, tidak sebebas kayak daerah lain. Kekhawatiran para kokolot (para tetua adat) kalau sinyal masih ada, ada saja yang ngumpet-ngumpet main handphone,” cetusnya juga.

Jaro Saija mengatakan permintaan ini sebenarnya sudah pernah disampaikan secara lisan kepada pemerintah daerah beberapa waktu lalu.

Namun, permintaan secara resmi melalui surat baru kali ini dilakukan kepada Pemkab Lebak yang ditujukan kepada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.

“Belum pernah sama sekali ngirim surat. Baru ini ngirim surat resmi. Alasannya, pengaruh negatif internet itu buat generasi muda di Baduy Dalam,” cetus Jaro Saija juga.